Friday, December 21, 2007

hari ini

Seorang bijak pernah berkata, bahwa ada dua hari dalam hidup ini
yang sama sekali tak perlu kita khawatirkan.

Yang pertama;
Hari kemarin. kita tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi.
kita tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan. kita tak
mungkin lagi menghapus kesalahan; dan mengulangi kegembiraan
yang kita rasakan kemarin. Biarkan hari kemarin lewat;
Lepaskan saja.

Yang kedua:
Hari esok. Hingga mentari esok hari terbit, kita tak tahu apa yang
akan terjadi. kita tak bisa melakukan apa-apa esok hari. kita tak
mungkin sedih atau ceria di esok hari. Esok hari belum tiba;
Biarkan saja.

Yang tersisa kini hanyalah Hari Ini.
Pintu masa lalu telah tertutup; pintu masa depan pun belum tiba.
Pusatkan saja diri kita untuk hari ini.
kita dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila kita mampu
memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari.

Hiduplah hari ini. Karena, masa lalu dan masa depan hanyalah
permainan pikiran yang rumit. Hiduplah apa adanya.
Karena yang ada hanyalah Hari Ini.


dari milis alumni sma ku | postingnya peang | thanks bro

Friday, November 23, 2007

path along the treelines



ini salah satu jalur yang paling bisa dinikmati saat bersepeda.
kiri-kanan hamparan rumput, di antara deretan pepohonan,
angin bertiup di sela-sela pepohonan, jalanannya datar (jadi ga cape mbosehnya)
sepi juga suasananya, asik...
lokasinya di lembang, track ini tembus ke jalan ke menuju Boscha, dan jadi alternatif jalan tembus ke Jalan Raya Lembang saat (berhasil) sampai di Lembang...

Saturday, September 29, 2007

new life

new life

it is a interesting sight to see something fresh and alive eagerly growing out of a seemingly dry dead soil...
it is like little point of light that we see coming out in the dark,
like hope in a desperate situations...
it is so, it is always so,
because they are inseperable... life and death, darkness and light... it is always so...


"The secret is here in the present. If you pay attention to the present, you
can improve upon it. And, if you improve on the present, what comes later
will also be better. Forget about future, and live each day according to the
teachings, confident that God loves his children. Each day, in itself brings
with it an eternity. "

~Paulo Coelho~

tentang Judy Baldock : mahasiswi berumur 69 tahun

Satu dari banyak perjumpaan saya yang membawa kesan. Waktu itu tahun 1996,semester 1 di lab komputer Faculty of Built Environment, School of Landscape Architecture di UNSW (University of New South Wales - Sydney). Setelah setengah tahun saya kuliah, saya diminta dosen saya Jim Plume menangani lab komputer: Introduction to Computing untuk mahasiswa tingkat 1 strata 1 dari School of Landscape Architecture. Salah satunya mahasiswi saya adalah Judy ini. Kenapa berkesan, karena beliau waktu itu duduk di kelas saya sementara umur beliau sudah 69 tahun. Seorang oma yang cucunya sudah 6 orang, beliau terdaftar sebagai mahasiswa landscape architecture. Dan dia punya semangat belajar yang luar biasa. Waktu itu saya harus mengenalkan aplikasi komputer dasar mulai word processing, spreadsheet, database dan email, membimbing para mahasiswa menyelesaikan lembar demi lembar tutorial. Judy adalah salah satu yang paling semangat menyelesaikan pekerjaannya.

Di akhir sebuah sesi tutorial, saya sempat bertanya kepada beliau, intinya "Judy, what's your reason you go back and study in the University?" dia bilang, "Well, I don't know, I have always wanted to go and study landscape, never got the chance until now, and here I am". Kalimat ini saya ingat betul, walaupun peristiwanya lewat hampir 11 tahun yang lalu. Yang mengherankan saya, sekian lama, puluhan tahun, semangat belajar beliau tidak pernah luntur. Luar biasa. Dan dia tampaknya juga tidak pernah peduli dia satu-satunya mahasiswa yg sudah oma, sementara yg lain umumnya lulusan High School.

Akhir tahun 96 saya kembali ke Indonesia, setelah selesai studi dan kelahiran anak saya yang pertama. Waktu berjalan sampai saatnya usianya dia masuk TK. Saya dan istri rasanya sudah cukup berhati-hati memilih sekolah karena sebelum menentukan kami sudah memperoleh cerita-cerita bagaimana sekolah-sekolah sekarang semakin berat buat anak bahkan di usia TK. Di TK-nya, ternyata dia hanya bertahan 4 bulan. Di titik itu dia sudah sampai tahapan stress yang efeknya muncul sebagai gangguan pencernaan. Di bulan ke 4 itu, dia semakin sulit diajak berangkat ke sekolah. Setiap pagi kami harus 'berantem' dulu di setiap tahap mulai dari bangun tidur, berpakaian, makan dan seterusnya. Sikap-sikapnya sehari-hari pun menjadi sangat negatif dan tidak menyenangkan. Sampai akhirnya kamipun membiarkan dia untuk memutuskan, apakah mau terus sekolah atau tidak. Tanpa ragu dia memilih berhenti sekolah.

Peristiwa ini membuat saya bingung, dan berpikir. Saya jadi ingat kembali tentang Judy dan apa yang saya alami di anak saya. Bagaimana mungkin seorang anak punya semangat belajar, keinginan sekolah yg tidak pupus saat dia seusia Judy, sedangkan pada usia 4 tahun, sekolah adalah sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Buat orang-orang seperti Judy, belajar adalah sebuah kesenangan, sebuah passion, sebuah semangat yang tidak pernah padam selama puluhan tahun waktu yang dia lewati sebelum kembali sekolah.

Perenungan ini adalah salah satu titik saya merasa ada yang sangat tidak beres dengan pendidikan kita. Apa itu, saya memang tidak tahu. Tapi dari titik-titik kecil apa yang saya amati saat anak saya ada di sekolah itu, saya mulai punya sedikit kesimpulan. Kalau Semi Palar sekarang jadi sesuatu yang saya dan teman-teman tekuni, saya harus berterima kasih pada Judy Baldock, pada anak saya yang sulung dan TK-nya yang dulu. Rasanya mereka jadi pemicu yang besar bagi eksistensi Semi Palar sekarang ini.

Wednesday, September 26, 2007

foto :: taking a break

taking a break
This picture was taken on January 2006, somewhere along the road to lembang through Dago Bengkok,
an alternative path to Lembang, an higher area north of Bandung.
We were taking a short stop, looking around, and I saw this grasshopper perching on top of stacks of bamboos.
Just as we were taking a break, this little creature was doing exactly the same thing.

Sunday, September 23, 2007

catatan refleksi ku untuk 3 tahun semi palar

ini catatan refleksiku atas 3 tahunnya semi palar. kita kumpul bersama kakak-kakak guru dan rekan-rekan di yayasan yang selama ini mendukung keberadaan semi palar.


Rekan-rekan semua yang saya hormati & cintai.
Tanpa terasa Semi Palar sudah melangkah ke usianya yang ke tiga. Apa yang
dulu berupa angan-angan, cita-cita, imajinasi, sekarang sudah bisa kita
lihat dan rasakan keberadaannya.

Seperti yang kita hayati bersama bahwa tidak ada satu peristiwa-pun yang
terjadi secara kebetulan, perjalanan kita sebelum Semi Palar dan tiga tahun
kita di Semi Palar semoga berbicara banyak pada kita tentang banyak hal, dan
juga tentang diri kita dan rencana Tuhan atas diri kita saat ini.
Sore ini pula kita duduk bersama di dalam satu ikatan yang kita sebut
bersama sebagai Semi Palar, ijinkan saya menyampaikan pengantar pendek untuk
obrolan kita hari ini.

Secara wujud fisik, Semi Palar tampil sebagai sebuah sekolah. Tapi di dalam
spiritnya, saya bisa merasakan ada sesuatu yang luar biasa besar di dalamnya
karena peran dan kontribusi kita masing-masing dari kita semua yang terlibat
di dalamnya.

Dari semua yang kita alami sampai di titik ini, ternyata Semi Palar bukan
sebuah sekolah yang luar biasa, tapi di Semi Palar kita malahan kembali ke
dasar - back to basic, ke hal-hal yang semakin banyak terlupakan -
terabaikan di tengah segala kemajuan umat manusia sekarang ini.

Di Semi Palar kita ternyata lebih banyak bicara tentang relasi antar
manusia, tentang alam lingkungan kita, tentang Tuhan, tentang misteri alam
dan kehidupan, dan bagaimana kita masing-masing berperan di dalamnya. Kita
semakin banyak bicara tentang keberagaman kita, penghayatan kita terhadap
kemanusiaan kita, kebanggaan terhadap budaya kita dan tentang kecintaan kita
kepada bangsa dan negara Indonesia. Seperti yang bisa saya rasakan, semua
ini ada bukan dikulit belaka tapi datang dari hati nurani kita dan anak-anak
kita.

Semoga kita semakin lama semakin yakin bahwa pendidikan adalah bukan
bertujuan sekedar menguasai matematika, bahasa dan teknologi; bahwa belajar
adalah tentang kehidupan, dan kehidupan sebagai anugerah Tuhan adalah SAKRAL
dari segala aspeknya.

Anak-anak yang jadi titik sentral aktifitas kita di Semi Palar melalui
kejernihan dan kepolosannya mudah-mudahan bisa membawa kita semua bercermin
diri, ber-refleksi dan memahami diri kita, makna hidup kita dan menghayati
kehidupan kita manusia di alam semesta yang jadi anugerah terbesar Sang
Pencipta bagi kita.

Baru di kesempatan ini kita semua berkumpul dan berjumpa. Selama ini masih
saya yang jadi titik persilangan obrolan dengan Ipong, Kang Aat, dll.
Mudah-mudahan momen yang mempertemukan kita semua hari ini jadi titik
pijakan yang baru buat kita semua.

Terima kasih buat semua, terutama kakak-kakak: Claudine, Yuyun, Caroline,
Feka, Wienny, Eet, Vanie, Chicha, mas Woto dan Mba Esih, pak Muklis, yang
mendenyutkan dan memberi nafas buat Semi Palar hari demi hari; teman-teman
baru Nia, Palupi, Ima; Buat teman-teman di yayasan: Ipong, kang Aat, Santi,
Anne, ibu Peter, secara khusus Pak Peter dan semua keluarga dan teman yang
terus mendukung kita, memberi motivasi dan inspirasi. Buat bapak-bapak
pekerja yang mewujudkan fisik tempat ini.
Dan kemudian buat orang tua murid yang meletakkan kepercayaan buat Semi
Palar jadi tempat anak-anaknya bertumbuh kembang.

Semoga kita semua mampu mewujudkan apa yang dipercayakan olehNya kepada kita
semua.


Salam Smipa, Andy, 21 September 2007

Thursday, September 13, 2007

kemilau alam 2

kemilau alam 2

masih di tempat yang sama. bunga yang tumbuh liar,
bagaimana warna kuningnya berpendar ke sekitarnya.
perjalanan ke alam banyak mengingatkan kita akan keindahan yang
Tuhan ciptakan buat kita.

kemilau alam

kemilau alam

gambar ini saya ambil saat menemani anak-anak outing ke sebuah aliran sungai di sebelah barat Bandung.
momen luar biasa buat saya saat bisa menyaksikan anak-anak begitu gembiranya main air di sungai,
bersentuhan dengan alam, dengan ciptaanNya.
saya hanya berdoa semoga persentuhan ini menggoreskan sesuatu di nurani mereka,
bahwa alam pun punya kemilau yang luar biasa, saat kita mengamati dengan nurani kita...

mudah-mudahan mereka bisa ikut menjaga dan melindungi alam yang sudah semakin rusak,
rusak oleh keserakahan - ketidakpedulian kita-kita manusia dewasa...

Tuesday, September 11, 2007

bedah buku Sokola Rimba karya Butet Manurung

Kemarin saya dan kakak-kakak guru Semi Palar mendapat kesempatan langka untuk berjumpa salah seorang pejuang pendidikan, Butet Manurung. Rasanya banyak orang cukup tahu siapa dia, tapi berjumpa langsung dan mendengar pengalamannya jadi sesuatu yang ditunggu-tunggu juga. Acara bedah buku ini diselenggarakan di Gedung Indonesia Menggugat. Tempat yang jadi pas saat kita memang sedang menggali hal-hal apa yang kita bisa lakukan untuk Indonesia, seperti apa yang sedang dilakukan Butet dan kawan-kawannya.

Soal dia sosok yang luar biasa, itu sudah pasti, dan kami semua hadir dengan maksud untuk belajar dari Butet. Pengalamannya pasti luar biasa. Dan saya berharap bisa memperoleh bahan refleksi terhadap apa yang sedang dicoba saya dan guru-guru lakukan di Semi Palar.

Dan memang itulah yang saya dapatkan. Dari slide-show, cerita-cerita pengalamannya yang menarik, terbaca betul dedikasinya untuk anak-anak di pedalaman sana. Membantu mereka untuk survive saat bersentuhan dengan dunia yang lebih modern - walaupun belum tentu lebih berbudaya. Kalau sekolah itu untuk kehidupan, tentunya tema 'survival' adalah tepat di manapun pendidikan diselenggarakan. Hal itu baru saya sadari kemudian setelah perjumpaan ini.

Terima kasih untuk Butet, kawan-kawan di Komunitas Sokola untuk inspirasinya. Semoga Tuhan terus memberikan kekuatan dan ketulusan untuk karya-karya dan dedikasinya.









butet dan bukunya Sokola Rimba.
www.sokola.org

Tuesday, September 4, 2007

setiap orang adalah guru...

"Setiap Orang adalah Guru,
Alam Raya Sekolahku"

dari buku Sokola Rimba karya Butet Manurung

Monday, September 3, 2007

abah iwan ulang tahun

Hari ini abah iwan ulang tahun. Aku sendiri baru berjumpa dan ngobrol sama
abah sekali dua kali, beberapa kali aku nonton abah nyanyi dan membawakan
refleksi-refleksinya yang luar biasa mendalam. Figur abah memang luar biasa
dan itu tercermin dari acara hari ini di Selasar Soenaryo. Teman-temannya
yang dari berbagai kalangan (pencinta alam, seniman, budayawan, pendidikan,
militer, pejabat pemerintahan) berkumpul merayakan ulang tahunnya sebagai
'hadiah' buat dedikasinya selama ini, sampai hari ini beliau berumur 60
tahun.

Luar biasa! Selasar Soenaryo dipadati tamu yang hadir untuk 60 tahun abah
iwan. saya dan istri beruntung bisa hadir di sana, merasakan suasananya,
menghayati bagaimana karya hidup beliau mewarnai begitu banyak orang. Hadir
di sana bpk gubernur Danny Setiawan, dan bpk. Mentri Pemuda dan Olahraga,
Bpk. Adhiyasa Daud, dan banyak lagi lainnya. Di amphiteater, teman-teman dari Rumah Nusantara berhasil mengundang 29 penampil yang bergantian hadir membawakan karya-karya
abah Iwan... penonton disuguhi berbagai rupa interpretasi musik sampai acara
tuntas jam 2 pagi. Entah kapan lagi kita bisa nonton pertunjukan seperti
ini.

Buatku ini di luar logika (beyond logic). Buatku ini adalah sebuah
keajaiban. Begitu banyak yang tersaji di hadapan penonton. Persahabatan,
cinta, kerendahan hati, kepekaan nurani, kecintaan terhadap alam, kecintaan
terhadap bangsa, ekspresi dan penjiwaan estetika yang luar biasa. Berulang
kali terasakan nuraniku tersentuh, air mata menetes, terharu saat satu demi
satu para seniman membawakan karya-karya abah iwan dengan penjiwaan yang
luar biasa. Seperti yang diungkapkan oleh Bpk Adhiyasa, banyak orang-orang
yang besar karena gelar atau jabatan, tapi abah Iwan adalah orang yang besar
karena hakekat. Orang-orang hadir karena memang menghormati dan mengapresiasi abah Iwan, bukan sekedar basa-basi belaka. Aku bisa membayangkan kenapa, karena
manusia-manusia yang berkarya sepenuh hati, sepenuh jiwa,
keajaiban-keajaiban memang akan menyertainya.

Buatku peristiwa ini tidak akan aku lupakan, bermakna, mendalam... semoga
energi yang terbawa dari momen ini bisa terus menginspirasi aku untuk apa
yang harus aku lakukan ke depan...

Sunday, September 2, 2007

bisi labuh

Hari ini aku bolos mboseh karena badanku lagi ngga fit...
Jadi aku posting aja gambar jepretan temanku Murdock
waktu minggu lalu...
Caution Tag ini nempel di sepeda warna gonjreng punya oom Bud yang biasa dipinjamkan ke temen-temen yang baru gabung.
Kita sebutnya sepeda racun, karena warnanya norak, biasanya temen-temen yang pake buru-buru beli atau ngerakit sepeda sendiri... hehe...

Wednesday, August 29, 2007

Workshop Pembuatan Media Pengolah Sampah Rumah Tangga

Tanggal 29 Agustus, Semi Palar menyelenggarakan workshop pembuatan media pengolahan sampah untuk para orang tua. Saya beruntung bisa ikut terlibat di dalamnya. Fasilitatornya dari kelompok GemaPelikan (Gerakan Masyarakat Peduli Lingkungan); saat itu hadir Bpk Vinan dan Bang Subay yang membimbing peserta dalam workshop itu.

Pesertanya cukup banyak dari orang tua siswa dan tampaknya cukup antusias bahkan hingga saatnya kita harus mencoba sendiri membuat medianya. Mengaduk-aduk resep (termasuk di dalamnya pupuk kandang) sesuai takaran yang ditentukan untuk kemudian dibawa pulang. Media ini dibuat sebagai tempat tinggal dan berkembang-biaknya bakteri pengurai. Hasil akhirnya, selain hancurnya sampah organik (sampah dapur) adalah akumulasi bahan kompos yang bisa dimanfaatkan untuk penyubur tanaman. Menarik sekali.

Kalau ini berjalan (kita bisa menjaga kondisi media - inokulan namanya - ideal untuk berkembangnya bakteri), kita bisa mengurangi keluarnya sampah dari rumah kita, selain juga menghilangkan sampah basah - busuk - berbau di rumah kita yang otomatis juga sumber penyakit dan lainnya. Semoga apa yang kita coba ini berhasil. Paling tidak kita bisa melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk lingkungan hidup kita.

Tuesday, August 28, 2007

gerhana bulan

gerhana
kira-kira pukul 7 malam, saat bulan muncul di atas muka atap
dan mulai keluar dari bayangan bumi yang sebelumnya menutupinya secara penuh...
sayang momen-momen sebelumnya tidak terlihat dan terekam.

saat beberapa saat menatap ke langit, tiba-tiba teringat bagaimana kecilnya kita manusia
saat melihat titik-titik bintang di atas sana dan ruang hitam, angkasa tak berbatas, ciptaanNya...

momen-momen ini kalau juga kita saksikan dengan hati
mudah-mudahan mampu mengikis kesombongan-kesombongan kita
karena kita sehari-hari hanya tak pernah menatap ke atas sana
hanya sibuk dengan diri kita dan diri kita...


Saturday, August 25, 2007

one green one yellow

one green one yellow
It was quite early in the morning. The sun was just rising from the horizon.
I was taking a walk, and saw this beautiful natural composition, a yellow leaf and a green leaf next to it.
I took this picture which reminded us that we need to be aware of what's around us.
At times, we are so busy and always in a hurry that we misses all those beautiful things
that are happening around us.


Friday, August 24, 2007

teater multimedia 'Tangled Garden'

Sabtu 4 Agustus yang lalu, kami sekeluarga pergi lagi ke CCL untuk menyaksikan teater multimedia Tangled Garden, kolaborasi komunitas CCL - Iman Soleh dengan Side Track Australia. Sutradaranya, Carlos Gomez datang dr Brazil. Dalam kata pembukanya, dia bercerita bahwa dia sempat bingung ada apa sebetulnya dengan sebuah terminal yang penuh dengan angkutan (ungkapnya dlm bahasa indonesia). Tidak lama kemudian, Carlos bercerita bahwa dia segera menangkap spirit teater yg sesungguhnya lewat interaksinya dgn warga sekitar Ledeng. Dia bilang bahwa sebuah teater sesungguhnya hanya bisa eksist melalui penontonnya, lewat interaksinya yang dekat dengan masyarakatnya (society). Di banyak negara seperti Inggris, Australia, dan negara-negara lain orang bisa nonton teater hanya setelah bayar jutaan rupiah.

Sebagai sebuah suguhan teater, Tangled Garden sungguh menarik. Dimainkan oleh aktor Australia dan Indonesia, dibawakan dalam dua bahasa, bahasa lokal (Sunda - Indonesia) dan Inggris, dan menggambarkan sikap hidup, pandangan dan situasi budaya yg berbeda. Lakon ini berkisah tentang dua sahabat Ariel dan Ujang yang kembali bertemu setelah mereka dewasa dan perjalanan mereka di tatar Sunda. Dialog dibawakan bersautan dalam dua bahasa oleh Alex Blias dan Dedi Warsana. Sedangkan Maryam Supraba (memerankan Dewi) mengungkap lontaran-lontaran dialognya dalam dua bahasa sekaligus. Di sampingnya, Gusjur Mahesa dan ceu Momon (Monica Wulff) silih berganti memerankan tokoh2 pendukung cerita - salah satunya Dewi Sri Pohaci dan memperkuat alur cerita yang dibawakan.




Adegan-adegan yg ditampilkan, secara keseluruhan tampil sangat menarik. Tata panggung, pencahayaan dan musik, juga kostum walaupun sederhana diolah optimal. Komposisi panggung, olah visual yg didukung sorotan proyektor sebagai background tampil saling melengkapi, dan secara cerdas dimanfaatkan sebagai media narasi dan translasi. Cerita ini juga menyisipkan pesan-pesan filosofis tentang hidup, berkisah tentang hidup, cinta, kelemahan manusia terhadap godaan nafsu dan sebagainya. Singkatnya, Tangled Garden tampil sarat pesan.

Satu hal yang saya pribadi sayangkan, ada diselipkan adegan dan kata-kata yang yang maaf 'jorang', dalam artian hanya pantas dikonsumsi orang dewasa. Gerak-gerik yang dibawakan oleh penggalan peran si dukun, saya lihat menghapus alur cerita yang diramu berdasarkan mitologi Sunda dan Hindu.
Mungkin dimaksudkan sebagai bumbu komedi, tapi penterjemahannya saya nilai kelewat vulgar - murahan, walaupun memerankannya saya yakin tidak mudah. Beberapa kali juga tampil adegan pertarungan dan bunuh diri Walaupun digarap secara teatrikal, cerita ini memang akhirnya bukan untuk konsumsi anak-anak. Saat itu kebetulan banyak anak-anak kecil, termasuk kedua anak saya usia 7 dan 10 tahun, hadir juga teman saya dengan 2 anaknya yg jg msh kecil yg hadir karena sharing sy tentang komunitas CCL ini. Belum lagi anak-anak lingkungan Ledeng yang duduk di 'front row' dan melihat dengan jelas apa yg ada di panggung (termasuk adegan-adegan yg bukan untuk anak-anak tadi). Biasanya kami banyak mengajak anak-anak berdialog tentang apa yg kita saksikan, menggali nilai-nilai yg ada, kali ini saya dan istri memilih tidak melakukannya.

Tapi kembali lagi, sebagai sebuah pementasan teater, luar biasa. Salut!
Saya pribadi cukup penasaran untuk mengetahui bagaimana pentas ini diapresiasi oleh penonton di Darwin dan Sydney. Semoga CCL terus maju dalam eksplorasinya terhadap seni dan budaya, karena bagaimanapun ini adalah sesuatu yang makin langka di masyarakat kita. Sementara masyarakat global semakin tinggi apresiasinya terhadap apa yang kita miliki, sayang sekali kalau kita sendiri tidak punya kesadaran untuk membangun dan melestarikannya.

Cerita digarap oleh Don Mamouney, dan tata gerak oleh Iman Soleh.

Sunday, August 12, 2007

melting sky

melting sky
My wife took this picture in Jakarta, April 2006. It was midday, and we saw this strange natural phenomena.
It was a beautiful sight and scary at the same time. There was a 'halo' like ring around the sun,
but the ring itself was coloured like a rainbow. The following picture that I took a while later showed the round rainbow much clearer.

round rainbow
it was simply stunning...

Friday, August 10, 2007

be positive!

Keep your thoughts positive because your thoughts become your words.
Keep your words positive because your words become your behaviors.
Keep your behaviors positive because your behaviors become your habits.
Keep your habits positive because your habits become your values.
Keep your values positive because your values become your destiny.

-Mahatma Gandhi

stacks of stones

stack of stones

I took this shot in Middle Java on a trip last year. I like the composition.
The shapes of the stones and the different shades of grey.
the curves on top and arrays small squares underneath ...

Thursday, August 9, 2007

the story of a boy and a white tiger doll

One day, a father with his two children were taking a walk in a shopping mall. They were on the way to the book store which they occasionally do on weekends. On the way through the shopping area, the kids wandered around and had a look on the various displays of the shops. Their father walked slowly behind them. Suddenly the boy ran back towards his father, grabbed him in his arm and enthustiastically shouted: "Come, come follow me dad, I found something amazing!" The boy lead the father to a store, and pointed to something. There in the middle of a huge stack of soft toys, bears, rabbits, lions and all sort of animals toys, there sat one white tiger doll.

The boy took the white tiger off the shelf and hugged it tightly. Looking at his father with his round eyes, he said, "I really like the tiger daddy, is it expensive? Can I buy him?" This is not really his habit, as the kids do not usually ask for toys except when they do plan to go for toys. The father looked at the boy and asked "Why do you want him?" "I really like his eyes. They looked so beautiful, and he is alone." the father looked up to the shelves and it was true, the white tiger was alone. The father asked again, "And why do you think nobody bought him?" the boy said "Maybe nobody knew he was special." The father replied "Yes maybe nobody knows that white tiger is now getting scarce in the wild too."

After awhile they left the shop and went to the bookstore. The father promised him that if they had enough money after the books, and if the white tiger was still there, then it could be his.And it did, after he anxiously spent the time on the bookstore, he hurried himself back to the shop and saw the tiger was still waiting for him on the shelf.

The father let boy pay for the tiger and they went home. On the way home, the boy named the white tiger 'Cyber'; short of siberian tiger. He carefully put the white tiger amongst the other toy animals, his collections, along with his sister's that has been growing to look like a small zoo.

You see the boy is facinated with the animal world. He said that when he grew up he wanted to look after a zoo (a real zoo that is). He and his sister loves animals and looking at the way they are at the moment, they are really into and learning a lot about animals. You see the boy was only six years old.

As for his father, he thanked God for having such experience, and he silently prayed that his son's wishes may come true. Looking after God's creation, the father imagined, would be one of the most rewarding life experiences ever.

Saturday, August 4, 2007

sesepedahan ke lembang

Sedikit snapshot dari perjalanan 86ers Ride To Nature ke lembang hari minggu.
Kebetulan kali ini kedatangan banyak bintang tamu : Buche Kumis, Rudi Om dan Bambang.

Dari kiri atas ke kanan bawah :
1. pemandangan di daerah utara kawasan Cipaku, barat Jl. Setiabudhi. masih cukup hijau, pohon besar dan sawah.
2. lagi pose + sebetulnya ambil nafas (masih di area timur perumahan Cipaku),

di latar belakang sebetulnya tampak view ke arah Bandung.
3. siap-siap berangkat ke etape berikutnya

sudah masuk sebelah utara kawasan Cipaku, sudah mulai gersang. Didominasi kebun-kebun rakyat.
4, 5, 6. suasana kompetitif ... di antara teman-teman (hehe).





happy cycling bro!

Wednesday, August 1, 2007

goodreads.com

Baru aja nemu site yang lucu (karena diinvite sama Dini) untuk melist buku-buku bacaan kita.
Cocok buat yang suka baca dan sharing apa yang sudah kita baca, semacam blog tapi khusus untuk bacaan-bacaan kita. Coba aja liat di www.goodreads.com

Sunday, July 29, 2007

In The End

Just today I came across these wonderful words.

In the end what matters most is :
How well did you live
How well did you love
How well did you learn to let go.


I saw this hanging on the wall in a cafe at Jl. Ciburial (Dago Pakar).
I couldn't agree more. Life is about love and about letting go.
But then again, easier said than done... as
what another quotes is saying nyaho can tangtu ngarti...


Saturday, July 21, 2007

Pembukaan Tobucil - Jl. Aceh 56 Bandung



Sabtu kemarin saya diundang oleh seorang teman. Salah satu teman satu 'pergerakan' dulu. Kenal dulu sejak tahun 1998 saat saya dan teman-teman sekantor sedang merintis sebuah komunitas yang dulu kita kenal sebagai Trimatra Center.

Sabtu kemarin 21 Juli 2007, Tobucil dan klabs-nya resmi buka di lokasinya yang baru di Jl. Aceh 56 (di seberang Sanggar Batik).

Saat dulu Tarlen datang ke Trimatra Center (berlokasi di Dago dari tahun 1998 - 2003) dia datang dengan apa yang disebutnya Tobucil (Toko Buku Kecil). Secara visi saya dan Tarlen punya banyak kesamaan. Yang saya salut dengan Tarlen dan Tobucilnya adalah konsistensinya terhadap apa yang dia perjuangkan. Toko bukunya sendiri, seperti namanya memang kecil, dan sejak dulu memang bersahaja. Tapi apa yang ada di dalamnya - istilah inggrisnya much more than meets the eye.

Sebagai sebuah toko buku, Tobucil adalah sebuah alternatif. Buat saya sendiri, koleksi awal buku-buku tentang pendidikan saya peroleh dari Tobucil.

Dan buat apa yang sempat saya geluti secara pribadi : Trimatra, dan sekarang Semi Palar, Tobucil adalah bagian penting dari proses perwujudan eksistensinya, dan dengan demikian punya peran luar biasa dari apa yang saya tekuni sekarang ini. Tobucil juga salah satu yang banyak mempertemukan saya dengan wilayah kesenian dan kebudayaan, lewat apa yang dulu sempat kita kelola bersama untuk bisa tampil di komunitas Trimatra - Tobucil. Saya sangat bersyukur dan berterima kasih atas proses belajar yang sempat saya terima lewat hadirnya Tarlen dan Tobucilnya di Trimatra.

Semi Palar sendiri mulai merintis eksistensinya salah satunya lewat Klab Dongeng yang beberapa kali di awal pemunculannya kita selenggarakan di Tobucil. Selain Tobucil lembaga lain yang juga sangat berjasa saat saya dan teman-teman merintis Semi Palar adalah Rumah Nusantara. Di sana kami menyelenggarakan beberapa kali kegiatan Program Sore.

Dengan keyakinan bahwa semua yang terjadi adalah bukan sekedar kebetulan, saya pribadi punya berharap apa yang kita lakukan (Semi Palar dan Tobucil) bisa bersinggungan lagi; juga atas dasar pengalaman-pengalaman yang buat saya pribadi sangat memperkaya seperti saat dulu Trimatra dan Tobucil bermitra dan berkegiatan bersama .

Tulisan ini adalah refleksi kecil buat saya, karena waktu datang ke pembukaannya Tobucil di tempat barunya, sehari sebelumnya saya menemukan foto-foto saat pembukaan Tobucil di Trimatra Center.

Sukses buat Tarlen dan teman-teman di Tobucil. Tetap konsisten aja dengan literacy movementnya.

Wednesday, July 18, 2007

'bamboo' stairway to heaven

'bamboo' stairway to heaven

there's just something that stirs your feeling when you look up and the sky looks simply amazing
.
it makes you feel that God is watching you from above, from heaven.
this shot taken in June 2003 using point and shoot Kodak DX 4330 camera.

Wednesday, July 11, 2007

Dialog bersama KH Bambang Pranggono dan Romo Tri Harsono

Hari Rabu, 11 Juli 2007 bertempat di Aula Gereja Melania terselenggara sebuah acara yang langka. Kita yang hadir di tempat itu berkesempatan mendengarkan penuturan dari Kiai Haji Bambang Pranggono, dan Romo Tri Harsono. Kedua tokoh bercerita tentang kenapa seharusnya kita umat beragama bisa saling menghormati.

Mas Bambang sendiri sebagai seorang ulama, seorang muslim adalah seorang yang luar biasa. Beliau mengungkapkan diri sebagai orang yang beruntung, ditakdirkan dan diberi kemampuan untuk mencintai ajaran-ajaran Nabi Muhammad dan kitab sucinya Al Quran. Memang itu tampak jelas dari ungkapan-ungkapannya yang selalu merujuk pada Al Quran dan tergambar jelas dari ucapan dan sikap-sikapnya.

Yang paling menarik adalah bahwa sikap menghargai dan rasa hormatnya kepada agama-agama lain adalah gambaran bagaimana Mas Bambang menaati ajaran-ajaran Nabi Muhammad yang disampaikan melalui Al Quran.

Sepanjang waktu yang hampir 3 jam, mas Bambang dan romo Tri bercerita tentang bagaimana kita manusia sering lupa dan melupakan bahwa sebetulnya para nabi kita (termasuk Yesus dan juga Nabi Muhammad) menurunkan ajaran-ajaran yang sifatnya universal, dan berlaku untuk semua manusia. Bahkan agama Islam, Nasrani dan Yunani dalam sejarahnya sebetulnya berakar dari satu agama yang sama yang dulu disebut agama Samawi. Simbolisasi (Salib atau lambang Bulan Bintang, istilah-istilah yang digunakan oleh masing-masing agama bahkan belum ada semasa hidup Yesus dan Nabi Muhammad. Penting disadari bahwa agama-agama yang ada sekarang ini telah melalui lapisan-lapisan ajaran turun menurun, terjemahan, tafsir selama ribuan tahun. Di dalamnya sangat mungkin terbawa serpihan kelemahan manusia yang menyampaikannya sampai saat ini.

Romo Tri bahkan mengingatkan kita untuk berpikir kritis dan bertanya apakah betul ajaran Gereja sekarang adalah sama dengan ajaran Yesus. Apakah betul tidak ada penyimpangan-penyimpangan yang akhirnya terjadi selama ribuan tahun ajaran Yesus diturunkan dari generasi ke generasi lewat tangan dan pikiran manusia (yang pasti sangat banyak kekurangannya).

Mas Bambang bercerita banyak lewat tampilan di layar gambar-gambar lewat ayat-ayat Al Quran, gambar-gambar bangunan suci di Yerusalem, termasuk bagaimana sejarah kedua agama (Katolik dan Islam) bersinggungan di sana. Apa yang terjadi di sana, dan bagaimana kita bisa berusaha memahami kenapa di kota suci tersebut hidup 4 agama yang berdampingan. Bagaimana umat beragama sebetulnya bisa hidup damai dan menghargai, dan bagaimana konflik yang timbul di sana sebetulnya memang sifatnya politis.
Mas Bambang mengajak kita berrefleksi kenapa Tuhan menurunkan agama-agama besar dunia di tempat tersebut, dan bagaimana Al Quran berkisah juga tentang tokoh-tokoh agama Katolik di mata Nabi Muhammad, dan bagaimana mereka berinteraksi pada jamannya. Mas Bambang sendiri yang sudah menunaikan 18 kali ibadah haji dan lebih dari seratus kali ibadah umroh, ternyata juga sudah berkesempatan mampir dan ziarah di situs-situs suci umat Katolik. Beliau sudah enam kali mengikuti Jalan Salib, termasuk berkunjung di tempat kelahiran Yesus dan gua tempat Yesus dimakamkam, juga ke Basilika Santo Petrus. Seperti yang beliau ungkapkan, tempat-tempat tersebut punya aura spiritual yang kuat, sehingga walaupun tempat-tempat tersebut bukan tempat suci untuk agama yang beliau anut, semuanya ikut menggetarkan batin beliau karena aura spiritual yang pasti bisa dirasakan oleh siapapun yang meyakini keberadaan Tuhan yang Esa.

Buat saya ini wawasan baru yang luar biasa, dipandu oleh tokoh agama yang berpandangan sangat luas. Saya menaruh hormat dan penghargaan luar biasa buat Mas Bambang dan Romo Tri. Manusia-manusia yang iman-nya teguh adalah mereka yang tidak takut bersinggungan dengan saudara-saudaranya yang punya kepercayaan berbeda, tanpa takut iman dan ketaqwaannya sendiri tergoyahkan.

Pertemuan ini dipandu oleh Ipong Witono sebagai moderator.

Monday, July 9, 2007

yellow, green, greener

yellow, green, greener

this was taken on our last holiday trip with the kids to Cipanas Puncak.
we were taking a walk early in the morning, when the sun was just begining to shine through the trees.
the colours of the leaves fascinated me, and I just had to stop to take the picture.
the highlights that shone on the edges of the leaves were also very nice. looks like the leaves were glowing
when you walk slowly and enjoy what's happening around you, beauty comes in such simplest things...


manajemen sekolah berbasis kompetensi

Kurikulum 2006, sebagai kurikulum terakhir yang diberlakukan pemerintah sebagai panduan pelaksanaan pendidikan di Indonesia adalah penyempurnaan dari kurikulum 2004 yang sempat dikenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Saat diberlakukannya, kurikulum 2006 disambut banyak pihak dengan sinis, seperti apa yang banyak kita baca di media sesaat setelah perubahan kurikulum tersebut diumumkan.

Memang kondisi ini cukup bisa dipahami, karena ini seperti mengulang apa yang sejak dulu berlaku, ganti menteri - ganti kurikulum.

Kalau ditelaah teliti, 'kesinisan' tersebut saya pikir tidak terlalu beralasan. Sejak 4 tahun yang lalu, sebelum KBK diberlakukan, cukup banyak kebijakan pemerintah (walaupun belum semua) semakin lama semakin baik. Terlepas dari bagaimana pelaksanaannya di lapangan, pemerintah tampak semakin paham tentang isu-isu pendidikan yang seharusnya menjadi perhatian dan secara bertahap dibenahi. Kurikulum 2006 adalah salah satu di antaranya.

Kurikulum 2004 (KBK), saat diberlakukan mengandung satu kekurangan besar bahwa pelaksanaan KBK masih dipandu pemerintah. Dengan demikian, walaupun secara konsep berbeda, pelaksanaannya masih sama dengan kurikulum 1994, bahwa semuanya dipandu secara sentralistik oleh Departemen Pendidikan Nasional. Perubahan kurikulum 2004 ke 2006 yang esensial adalah sebetulnya kebijakan bahwa perancangan kurikulum tidak lagi sentralistik, tapi diserahkan kepada sekolah. Itu sebabnya kurikulum 2006 dikenal sebagai KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), yang maknanya adalah bahwa sekolah sebagai Tingkat Satuan Pendidikan terkecil-lah dapat merancang sendiri kurikulum pendidikannya. Acuan kompetensi per jenjang pendidikan murid masih dipandu oleh pemerintah, tapi metoda dan bagaimana kompetensi murid dicapai (berdasarkan pemahaman saya), diserahkan kepada masing-masing sekolah. Dengan demikian berbagai sekolah akan memiliki keunikan, kekhasan kurikulum berdasarkan kondisi aktual sekolah dan potensi-potensi yang dimilikinya. Masalahnya tinggal apakah secara teknis setiap sekolah mampu mengolah dan mengelola kurikulumnya secara mandiri. Hal ini akan kita lihat dalam beberapa waktu ke depan ini.

Beranjak dari kurikulum, pengelola sekolah dihadapkan kembali pada masalah berikutnya yaitu standar manajemen / pengelolaan sekolah. Berdasarkan pengamatan kami, pola manajemen yang dianggap memenuhi syarat masih didasarkan pada pola dan cara pandang yang lama. Standarisasi pengelolaan masih dipandu secara baku, dalam hal ini berdasarkan poin-poin penilaian akreditasi sekolah. Untuk jenjang TK dan SD, poin-poin ini mencakup 163 buah poin belum termasuk sub poin yang terkandung di dalamnya. Jumlah yang luar biasa banyak. Kalau ditelaah isinya, memang mengandung poin-poin yang penting dan perlu diperhatikan dalam pengelolaan sekolah. Masalah mulai muncul saat cara dan perangkatnyapun sekolah diharuskan mengikuti cara dan menggunakan perangkat yang sama. Belum lagi saat konsep-konsep dan pemahaman manajerial pendidikan yang dianut sekolah ada kalanya tidak persis sama visinya dengan apa yang digariskan dalam poin-poin akreditasi tersebut.

Bagi sekolah yang mencoba menerapkan KTSP tentu saja hal ini menjadi beban luar biasa walaupun standarisasi pengelolaan adalah hal yang penting untuk pengelolaan sekolah yang bermutu. Mungkin sekali hal ini masih terlepas dari perhatian Depdiknas, tapi kalau ini tidak dibenahi, hal ini akan menjadi kendala terbesar penerapan KTSP. Pengolahan dan pengelolaan kurikulum secara mandiri adalah hal yang luar biasa berat bagi pihak sekolah. Saat juga dibebani pola pengelolaan yang distandarisasi pemerintah, besar kemungkinan, penerapan KTSP tidak dapat berjalan optimal, karena sekolah akan lebih cenderung mengejar poin-poin akreditasi ketimbang mengikuti kebijakan kurikulum baru.

Solusinya adalah sistem manajemen sekolah yang juga berbasis kompetensi. Jadi yang dituju seharusnya adalah substansi kompetensi manajerialnya, bukan dalam hal teknisnya (cara dan perangkat pengelolaannya). Seperti yang sempat saya dengar dalam sebuah seminar dari salah seorang Bapak Kepala Cabang Diknas Kecamatan di Bandung (tidak sempat saya catat namanya) empat poin standar pengelolaan sekolah adalah sbb :

1. Standar Proses Pengolahan Kurikulum

2. Standar Kualifikasi Staff Pendidik

3. Standar Sarana / Prasarana

4. Standar Pengelolaan Sekolah

Keempat poin tersebut memang luar biasa penting dan harus menjadi empat titik perhatian dalam hal pengelolaan sekolah yang bermutu.

Kalau Depdiknas bisa menggariskan poin-poin standar kompetensi pengelolaan sekolah seperti halnya yang diterapkan kepada murid melalui KBK, sekolah akan dikondisikan untuk mengembangkan kemampuan pengelolaannya secara mandiri, sesuai dengan potensi dan pola-pola manajerial yang dikuasainya. Bagaimana standar tersebut dicapai, cara dan perangkatnya dapat diserahkan dan dipercayakan sepenuhnya kepada pihak sekolah.

Mengenai kualitas pendidikan seperti yang diharapkan bisa diindikasikan oleh UAN, sebetulnya masyarakat akan bisa menilai sendiri bagaimana kualitas sekolah dari pola manajemen yang diterapkan sekolah tersebut. Saat manajemen sekolah dikondisikan untuk seoptimal mungkin memenuhi ke empat poin standar pengelolaan, dengan berjalannya waktu peserta didik dan orang tua akan mampu menentukan sendiri lembaga pendidikan mana yang memenuhi syarat dan menjawab kebutuhan mereka berdasarkan kualitas pelayanannya. Pihak yang paling tepat menilai kualitas pemberi jasa pendidikan adalah sebetulnya para konsumennya sendiri. Depdiknas dapat memposisikan diri menjadi fasilitator untuk memfokuskan diri membantu sekolah-sekolah yang kurang dalam hal sumber daya dan kemampuan manajerialnya agar mampu mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Sebetulnya ini adalah salah satu esensi dari Otonomi Pendidikan yang dulu digaungkan pemerintah.

Kita semua perlu berpijak dalam cara pandang sama bahwa sebagai salah satu bidang kegiatan yang rumit, pengelolaan pendidikan punya cara dan metode yang sangat bervariasi, dan terus berkembang sesuai dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Belum lagi dengan teknologi informasi yang semakin mempermudah dan mempercepat kita untuk memperoleh masukan-masukan baru dari manapun untuk semakin memperbaiki pemahaman dan cara-cara kita mendidik anak-anak kita.

Andy Sutioso | Juli 2007

Wednesday, July 4, 2007

waktu kita di alam


Liburan sekolah kali ini kita punya kesempatan langka. Anak-anak punya kesempatan untuk banyak bersentuhan dengan alam. Yang paling istimewa adalah saat kita bisa menginap di daerah Cipanas, Puncak, di kawasan yang cukup tinggi elevasinya, di daerah hutan resapan air. Di sana memang kompleks Villa, tapi pengelolaan konservasinya sangat ketat sehingga suasananya masih tetap seperti hutan. Penebangan pohon kalaupun tidak dilarang diatur baik, juga pengolahan topografi sangat dijaga sehingga pembangunan tidak diperbolehkan merubah bentuk topografi lahan yang ada. Akhirnya hawa dan suara alam masih sangat terasa dan kita bisa tahu bahwa ekosistem daerah itu masih sangat bagus dengan variasi suara binatang yang terdengar. Kera yang tinggal di hutan sekitar villa-pun masih cukup sering terlihat mendekati area villa, tandanya mereka tidak banyak diganggu. Dua malam kita di sana. Di hari pertama seharian kita maen ke Taman Safari. Setelah sekian lama kita tidak ke sana, kesan yang kami peroleh luar biasa. Singkat kata. Salut buat pengelola Taman Safari. Malam harinya kita menyalakan api unggun kecil di bawah pepohonan, sambil membakar Marshmallow.

Di hari ke tiga sebelum pulang kita main di sungai yang ada di dekat tempat kita menginap. Air sungai yang luar biasa jernih di tengah area hutan yang masih asri, di antara bebatuan sungai berbagai ukuran. Dan kitapun bermain dan berpetualang di sana. Saat kita menjelajah ke arah hulu, kita bertemu beberapa kolam-kolam kecil yang memungkinkan kita berendam. Pengalaman yang luar biasa buat kita terutama anak-anak, apalagi saat mereka berucap berulang-ulang “ini hari terbaikku!” Kita hanya berharap apresiasi dan kecintaan mereka akan alam tumbuh dalam nurani mereka. Pengalaman di sungai itu terrekam kuat dalam memori mereka, supaya kelak mereka tumbuh dewasa dengan rasa hormat dan penghargaan luar biasa untuk alam lingkungan yang dititipkan Tuhan buat kita… Yang selama ini kita banyak kita lepaskan dari perhatian kita. Semoga…


Sunday, July 1, 2007

Lapisan Polusi di atas Bandung

Foto ini diambil hari ini 1 Juli 2007, sekitar jam 9.00 pagi dari sekitar desa Wangunsari, selatan Lembang saat saya dan teman sesepedahan.

Pemandangan ini selalu kita lihat saat bersepeda ke arah Lembang. Kebetulan pagi ini udara luar biasa cerah, langitnya biru luar biasa indah. Sambil berhenti cari nafas, saya ambil gambar ini dari kamera handphone. Jadi hasilnya kurang optimal. Tapi dari gambar inipun terlihat jelas lapisan udara kotor (berwarna coklat-abu) di antara kaki cakrawala (barisan pohon) dan profil pegunungan di atasnya. Lapisan polusi itulah yang menutupi kota Bandung sekarang sehari-hari. Dan kita semua bernafas di dalam udara kotor itu. Apalagi kota Bandung seperti kita tahu terletak di dalam sebuah cekungan. Dataran yang dikelilingi pegunungan, sehingga udara kotor yang terkumpul lebih sulit mengalir dan dinetralisir di area yang lebih luas.

Teman saya Budiono yang sering offroading jaman kuliah dulu, lapisan itu tidak terlihat. Solusinya apa? tanam pohon, kurangi bepergian naik kendaraan, kurangi sampah juga, banyak hal bisa kita lakukan... Yang jelas, lapisan polusi ini tidak sehat buat kita.

Buat saya pribadi, sejak bersepeda, saya punya kesempatan untuk membersihkan paru-paru waktu memboseh sepeda ke daerah yang masih bersih udaranya. Banyak pohon, tidak banyak kendaraan. So... let's go cycling... (hehe mani keukeuh nya?)

Thursday, June 28, 2007

Doger Coblak di CCL


Ayeuna nyobaan postingna make basa Sunda. Punten, nya upami basa Sundana rada teu pararuguh. Tapi sapertos biasa, di CCL sok nyunda wae tema acarana. Resep lah. Nu ieu ge sami. Bari tos tilu kali ieu, urang dipasihan bobodoran jadi we seuseurian

Nu sakali ieu, kesenian nu ditampilkeun namina Doger Coblak. Amun teu lepat, kaping 26 sasih Mei 2007. Lokasina di CCL di pengker terminal Ledeng. CCL (Celah-celah Langit) sakapeung osok oge disebutkeun Cultural Center Ledeng, pimpinan kang Iman Soleh. (atos ah nyunda-na, hehe... kararagok yeuh)

Foto di atas itu ikon visual yang akrab bagi yang sudah menyaksikan pementasan teater multimedia 'Air'. Saya kenal kang Iman sudah sejak lama, waktu di Trimatra Center sekitar tahun 2000 beliau membawakan sebuah monolog dalam musikalisasi puisi Sutardji Calzoum Bachri. Buat saya beliau tokoh yang asik. Kontribusinya luar biasa dalam peranannya menjaga dan menghidupkan kesenian Sunda. Salah satunya Doger Coblak ini.

Lagi di blog ini yang bisa ditampilkan hanya rekaman gambar dan suasananya. Momen-momen ini memang harus dinikmati 'live' untuk bisa diapresiasi. Seperti kedua anak saya (7 dan 10 tahun) yang masih ingat sampai hari ini adegan-adegan dan dialog yang menggelitik dari awal sampai akhir. Doger Coblak ini menarik karena ketiga pemeran menampilkan bobodoran, tarian, musik, berganti kostum (secara cepat) di depan penonton dan 'keriweuhan' ini menjadi kelucuan tersendiri buat para penonton. Dialog sepenuhnya dibawakan dalam bahasa Sunda.

CCL, seperti biasa menampilkan ini secara bersahaja, secara sederhana, secara jujur. Panggungnya terbuka, mis-bar, beratapkan langit. Penonton duduk di lantai. Tapi esensi kesenian rakyat yang diusung oleh CCL kuat terasakan, dan ini menjadi kekuatan tersendiri buat CCL. Kedua anak saya sangat suka suasana CCL dan sangat antusias saat kita bicara tentang CCL, kang Iman atau pertunjukkan di Ledeng.

Saya pribadi merasa sangat beruntung bisa bersentuhan dengan dunia ini. Setiap kali pergi dan pulang menyusuri lorong di belakang terminal Ledeng seakan masuk mesin waktu menuju ke dunia yang lain. Juga anak-anak yang sejak kecil bisa bersentuhan dan sudah bisa mengapresiasi ini. Kita berharap ini bisa jadi bagian dari sesuatu yang memperkaya mereka, apalagi hal-hal seperti ini semakin kita sulit temui saat kita menjadi
'katanya' modern. Buat CCL, kita pasti kembali. Mudah-mudahan blog ini juga bisa menginspirasi siapapun untuk ikutan mampir ke CCL.