Sore hari sepulang aku dari Smipa, anak2 sudah menunggu di depan pintu garasi. Dengan hebohnya mereka meminta aku bergegas turun dan menunjuk ke arah atap gudang sambil bercerita tentang seekor burung gereja yang terluka dan hinggap di sana karena tidak bisa terbang ke mana-mana. Mereka ribut bahwa burung gereja itu luka karena ditembak seseorang. Di sebelahnya terlihat ada lagi seekor burung gereja yang sudah mati beberapa hari yang lalu. Kabarnya karena penyebab yang sama. Anak2 terus meminta aku naik ke atap untuk menolong burung yang masih hidup. Akhirnya aku-pun naik ke atap dan mengambil kedua burung malang itu. Saat mendekat memang mengenaskan sekali, burung yang masih hidup tertembak di bagian kepalanya, bagian mata kiri-nya hancur. Anehnya burung itu masih hidup, waktu aku berusaha menangkapnya, burung itupun masih meronta, badannya masih kuat. Setelah aku menggenggamnya, burung gereja itu-pun mulai tenang.
Yang bikin aku bingung, kenapa hal sebesar ini, menghilangkan nyawa mahluk hidup - yang tidak berdosa - dan sedikitpun tidak mengganggu, sepertinya ini sesuatu yang sama sekali biasa. Beberapa orang yang aku temui seakan bingung saat aku bilang bahwa aku akan mencoba menyelamatkan burung yang terluka itu. Sehari kemudian, burung yang terluka itupun akhirnya mati, setelah Inka berusaha menyiapkan kandang kecil, tempat tidur, makanan dan air minum untuknya.
Aku sama sekali ga tau apa yang aku, Rico dan Inka capai dari segala kerepotan dan kehebohan di sore itu. Mudah2an sedikitnya tersampaikan ke beberapa orang bahwa seharusnya kita tidak memperlakukan sesama mahluk hidup sesuka hati kita. Apakah faham atau tidak, aku tidak akan pernah tahu. Buat anak2ku, mudah2an aku sedikitnya mengajak mereka mengalami bahwa mahluk2 hidup yang tidak bisa membela diri kadang perlu pertolongan kita juga. Dan kita, sedikitnya bisa melakukan sesuatu. Mudah2an pengalaman sore itu bawa secuil pembelajaran buat mereka.
Lalu akupun mengajak Rico untuk mencari siapa yang bermain senapan angin dan menembaki burung2 gereja itu. Kami-pun berusaha mencari tahu dari petugas keamanan di lingkungan kami. Setelah berkeliling dan menemukan siapa yang melakukannya, aku-pun memberanikan diri untuk menegur dan memintanya untuk tidak menjadikan burung gereja sebagai sasaran tembaknya.
Yang bikin aku bingung, kenapa hal sebesar ini, menghilangkan nyawa mahluk hidup - yang tidak berdosa - dan sedikitpun tidak mengganggu, sepertinya ini sesuatu yang sama sekali biasa. Beberapa orang yang aku temui seakan bingung saat aku bilang bahwa aku akan mencoba menyelamatkan burung yang terluka itu. Sehari kemudian, burung yang terluka itupun akhirnya mati, setelah Inka berusaha menyiapkan kandang kecil, tempat tidur, makanan dan air minum untuknya.
Aku sama sekali ga tau apa yang aku, Rico dan Inka capai dari segala kerepotan dan kehebohan di sore itu. Mudah2an sedikitnya tersampaikan ke beberapa orang bahwa seharusnya kita tidak memperlakukan sesama mahluk hidup sesuka hati kita. Apakah faham atau tidak, aku tidak akan pernah tahu. Buat anak2ku, mudah2an aku sedikitnya mengajak mereka mengalami bahwa mahluk2 hidup yang tidak bisa membela diri kadang perlu pertolongan kita juga. Dan kita, sedikitnya bisa melakukan sesuatu. Mudah2an pengalaman sore itu bawa secuil pembelajaran buat mereka.
No comments:
Post a Comment