that since the beginning of the world there hasn't been,
and until the end of the world there will not be,
another child like him.
-Pablo Casals
sekedar meninggalkan jejak... refleksi atau pemikiran atas pengalaman dan pembelajaran saya senang berbagi mengenai pembelajaran dan pendidikan, budaya, lingkungan hidup atau spiritualitas... di antara hal-hal lain. saya tuliskan saat saya punya waktu di antara berbagai kegiatan saya di Rumah Belajar Semi Palar (www.semipalar.sch.id). Semoga bermanfaat.
Kebetulan sebelum lebaran saya sempat ngobrol dengan Kang Aat Soeratin, salah satu budayawan senior Bandung. Kami sempat berbincang banyak tentang lingkungan hidup. Dan beliau menyampaikan kurang lebih begini. Soal sampah ini kan soal budaya, soal perilaku. Dan kita perlu merubah cara kita berpikir dan memandang sampah. Ayo kita coba dengan cara sederhana : merubah kata-kata Buang Sampah Pada Tempatnya, menjadi Simpan Sampah pada Tempatnya.
Kata ‘buang’ itu memang biasanya kita gunakan untuk benda2 yang sudah tidak ada nilainya. Sebaliknya kata ‘simpan’ mengkonotasikan bahwa benda2 ini masih ada nilainya, dan kita perlu sedikit berpikir bagaimana memperlakukannya, saat nilai gunanya sudah tidak ada buat kita. Tapi toh masih ada nilainya saat diolah dengan cara tertentu oleh orang2 lain. (Kita tahu ya ada orang2 yang jadi kaya gara2 sampah)…
Dari sudut pandang lain, baru saja kami di Semi Palar ngobrol juga dengan pakar / pemerhati masalah bahasa dan budaya: Bapak Acep Iwan Saidi dan katanya, bahasa itu kan sangat mencerminkan diri kita, seperti ungkapan Bahasa Menunjukkan Bangsa. Jadi kalau kita cara kita membahasakan sampah dengan sikapnya tidak menghargai ya akhirnya perilaku kita juga demikian. Jadilah kita bangsa yang sangat bermasalah dengan sampah…
Sudah 65 tahun Indonesia Merdeka. Lalu apa yang sudah kita capai bersama sebagai sebuah bangsa? Seperti apa potret kita saat ini? Kalau kita berani mengamatinya dengan jujur, potret kita sebagai bangsa adalah bukan sesuatu yang menarik atau membanggakan. Kalau kita melihat dengan jujur apa yang tampil di media dan layar kaca kita, yang menampilkan seperti apa bangsa Indonesia, apa yang kita lihat sehari-hari di sekitar kita, jelas perjalanan kita masih panjang, perjuangan kita masih berat karena penjajahan masih nyata ada. Penjajahan atas kesadaran2 kita yang terdasar, bahwa kita masih terpenjara oleh kelemahan pikiran-pikiran kita yang lemah, malas, sombong, egois, serakah dan mudah menyerah karena tidak mampu menaklukan diri sendiri (nuhun mas Ipong atas inspirasinya) | grup sadar kamera |
| di depan Rumah Yatim |

Dari situ aku-pun semakin semangat 'meracuni' beberapa teman (siapapun) untuk juga mulai bersepeda. Beberapa berhasil dan masih konsisten bersepeda sampai sekarang. Dalam prosesnya aku juga berkenalan sama teman2 komunitas Bike2Work dan mendapatkan teman2 baru. Komunitas Bike2Work ini rutin berkumpul setiap hari Jum'at sore di Taman Cikapayang - Dago. Sejauh aku amati, anggota2 komunitas ini terus bertambah... sesuatu yang sangat menggembirakan.
teks pendek ini tercetak di atas salah satu bangku baso yang ada di Tobucil. Dulu bangku-bangku baso ini mangkal di komunitas Trimatra Center dan menjadi saksi setia dari banyak peristiwa yang sempat ada di sana...