Bicara tentang konsistensi, konser abah kali ini Iwan bicara sebaliknya. Abah tampil membawakan lagu-lagu yang bercerita tentang sejarah dan peristiwa-peristiwa sejak beliau masih muda, sejak lebih dari 40 tahun yang lalu. Luar biasa. Kisahnya kurang lebih dimulai saat beliau SD kelas 5 dan mendapat hadiah sebuah gitar dari neneknya. Dan kisah perjalanan waktu ini dimulai dengan lagu-lagu yang mempengaruhi proses belajar dan penghayatan beliau sekaligus keterampilannya memetik dawai gitar sejak dulu sampai akhirnya kita sekarang mendengarkan lagu-lagu gubahan abah yang sarat kontemplasi. Lagu-lagu yang begitu bernyawa dan membawa kita berpikir dan ikut merasakan kedekatan Abah dengan Sang Pencipta. Rasanya hal ini dengan jelas bisa kita pahami muncul dari kedekatan-kecintaan Abah dengan alam terbuka yang intens dan terus berjalan sampai detik ini... Konsistensi!
Seperti biasa kalau mendengar Abah atau lagu-lagunya, ini jadi proses refleksi sendiri buat aku. Kerap lagu-lagu Abah membuat aku merinding, di saat lainnya terharu. Sulit menuliskannya dengan kata-kata karena rasa nurani yang bicara. Aku hanya berharap energi yang terbawa dalam lagu-lagu abah lebih mendekatkan aku padaNya. Dan paling tidak aku bisa belajar untuk terus konsisten untuk apa yang sedang aku lakukan sekarang...
Satu lagi aku ingin mencatat pengantar yang dibawakan kang Aat Soeratin.
" ... maka semacam "koreksi budaya" bisa kita lakukan bersama, misalnya, pada konotasi tak tepat tentang istilah 'jadul' (jaman dulu = kuno = out of date = usang) yang seolah : tak apa (lazim saja) jika diabaikan. Padahal dari masa lalu itulah perjalanan hidup kita terentang. Masa lalu senantiasa menyimpan hikmah..."
Kalau konsistensi adalah sesuatu yang penting bagi apa yang kita lakukan saat ini, maka masa lalu menjadi luar biasa penting bagi cerminan kita terhadap proses yang sedang berjalan. Dan saat itulah kita bisa mengurai maknanya... dari hikmah masa lalu... Nuhun pisan Abah Iwan.