Sunday, August 16, 2009

Burung Gereja dan Senapan Angin

Sore hari sepulang aku dari Smipa, anak2 sudah menunggu di depan pintu garasi. Dengan hebohnya mereka meminta aku bergegas turun dan menunjuk ke arah atap gudang sambil bercerita tentang seekor burung gereja yang terluka dan hinggap di sana karena tidak bisa terbang ke mana-mana. Mereka ribut bahwa burung gereja itu luka karena ditembak seseorang. Di sebelahnya terlihat ada lagi seekor burung gereja yang sudah mati beberapa hari yang lalu. Kabarnya karena penyebab yang sama. Anak2 terus meminta aku naik ke atap untuk menolong burung yang masih hidup. Akhirnya aku-pun naik ke atap dan mengambil kedua burung malang itu. Saat mendekat memang mengenaskan sekali, burung yang masih hidup tertembak di bagian kepalanya, bagian mata kiri-nya hancur. Anehnya burung itu masih hidup, waktu aku berusaha menangkapnya, burung itupun masih meronta, badannya masih kuat. Setelah aku menggenggamnya, burung gereja itu-pun mulai tenang.

Lalu akupun mengajak Rico untuk mencari siapa yang bermain senapan angin dan menembaki burung2 gereja itu. Kami-pun berusaha mencari tahu dari petugas keamanan di lingkungan kami. Setelah berkeliling dan menemukan siapa yang melakukannya, aku-pun memberanikan diri untuk menegur dan memintanya untuk tidak menjadikan burung gereja sebagai sasaran tembaknya.

Yang bikin aku bingung, kenapa hal sebesar ini, menghilangkan nyawa mahluk hidup - yang tidak berdosa - dan sedikitpun tidak mengganggu, sepertinya ini sesuatu yang sama sekali biasa. Beberapa orang yang aku temui seakan bingung saat aku bilang bahwa aku akan mencoba menyelamatkan burung yang terluka itu. Sehari kemudian, burung yang terluka itupun akhirnya mati, setelah Inka berusaha menyiapkan kandang kecil, tempat tidur, makanan dan air minum untuknya.

Aku sama sekali ga tau apa yang aku, Rico dan Inka capai dari segala kerepotan dan kehebohan di sore itu. Mudah2an sedikitnya tersampaikan ke beberapa orang bahwa seharusnya kita tidak memperlakukan sesama mahluk hidup sesuka hati kita. Apakah faham atau tidak, aku tidak akan pernah tahu. Buat anak2ku, mudah2an aku sedikitnya mengajak mereka mengalami bahwa mahluk2 hidup yang tidak bisa membela diri kadang perlu pertolongan kita juga. Dan kita, sedikitnya bisa melakukan sesuatu. Mudah2an pengalaman sore itu bawa secuil pembelajaran buat mereka.


Bandung MACET! : hilangnya hak warga Bandung

Weekend ini memang long weekend sehubungan dengan libur 17-an. Dan seharusnya kita sudah tahu bahwa Bandung akan padat - sudah biasa...
Tapi sore kemaren memang luar biasa. Bete banget. Perjalanan dari Pajajaran ke Setiabudi bisa makan waktu hampir 2 jam.
Jalanan padat dipenuhi mobil2 berpelat nomor luar kota. Lalu kita jadi berpikir. Kok kita sebagai warga kota jadi kebagian ga enaknya. Yang enak hanya yang empunya hotel, resto, FO dan tempat rekreasi - mereka yang secara langsung dapat keuntungan besar dari ramainya kota Bandung. Lalu bagaimana dengan sisa warga kota yang lain. Kita hanya kebagian macet, polusi dan sampah yang ditinggalkan orang2 yang datang dari kota lain. Beban lingkungan hidup? Sudah pasti lebih banyak, semakin berat. Padahal sekarangpun di hari2 kerja kota Bandung sudah sangat padat. Semestinya lingkungan kota-pun perlu punya waktu untuk istirahat...
Lalu untuk warga kota ga nyaman? Udah pasti banget...

Memang orang2 Jakarta banyak yang mampir Bandung karena kotanya sendiri ga nyaman. Tapi gimana dengan kita yang kotanya sebetulnya cukup nyaman, tapi kemudiani jadi ga nyaman karena diserbu orang2 luar kota. Banyak dari kita yang jadinya hanya memilih untuk tinggal di rumah. Dan situasi ini semakin memburuk dari waktu ke waktu.

Mencari SOLUSI?
Apa yang bisa kita lakukan? Apa yang seharusnya pemerintah kota lakukan? Seharusnya ada sesuatu yang bisa dilakukan supaya situasi ini menguntungkan semua pihak dan bukannya merugikan sebagian besar warga kota. Tapi masalahnya apakah pemkot memikirkan hal ini? Mungkin juga mereka ga pernah kena macet ya karena pejabat kota kalo ke mana2 pasti dikawal fore-rider... Melihat ke depan jangan2 ini bakalan semakin sulit diantisipasi kelewat buruk. Saat ini pun sudah sulit membayangkan solusinya apa yang mungkin. Bisa ga sih pemkot membatasi mobil wisata luar kota misalnya hanya di minggu pertama dan ke tiga, supaya warga kota Bandung punya waktu untuk menikmati kotanya sendiri.
Mungkin ga pemkot memberlakukan semacam tiket masuk kota Bandung (Bandung sebagai kota wisata), supaya pemkot punya dana tambahan untuk pembangunan kota atau fasilitas2 umum yang diperuntukkan meningkatkan kenyamanan warga kota atau para wisatawan. Untuk membangun tempat parkir di kawasan Cihampelas misalnya, memberlakukan area pejalan kaki di area2 tertentu, transportasi umum yang lebih OK, dll. Pemkot punya dana, masyarakat Bandung bisa dapat fasilitas baru dan Bandung pun lebih maju.

Pertanyaannya, akankah ada kepedulian ke sana?


Saturday, August 8, 2009

Sharing di Refresher's Training Ibu2 Asuh SOS Kinderdorff



Hari ini aku diminta sharing di SOS Kinderdorff, membawakan materi tentang 'Interaksi Dengan Anak Sebagai Wujud Cinta'. Waktu tau kepada siapa aku diminta sharing aku bingung juga. Apalagi setelah dengar temanya. Tugas berat. Aku tau persis ibu2 asuh di SOS Kinderdorff melakukan apa yang mereka lakukan pastinya karena cinta. Apalagi yang bisa memotivasi mereka mendedikasikan hidupnya untuk menjadi seorang ibu dari anak2 yang bukan anak kandungnya. Anak-anak yang ditinggalkan atau kehilangan orangtuanya sejak bayi atau di usia yang lebih dewasa. Apapun itu, pastinya ada luka di diri mereka dan aku yakin apa yang diberikan oleh SOS Kinderdorff melalui para ibu asuh akan sedikit banyak mengobati luka itu...

Sabtu pagi harinya aku masih bingung mau ngomong apa, apa yang bisa aku sharingkan, karena memang walaupun ada sedikit2 yang aku tahu tentang pendidikan, situasi para ibu dan apa yang aku kerjakan sehari2 sangat berbeda : para ibu sebagai ibu rumah tangga dan Semi Palar adalah sebuah sekolah. Tapi toh kita pasti bicara soal pendidikan, mendewasakan anak2 kita masing2 dengan cara kita masing2. Dan yang aku pikir bisa nyambung adalah proses belajar sebagai sebuah proses penemuan diri. Walaupun proses penemuan diri adalah suatu yang penting / esensial untuk setiap individu, aku pikir justru lebih demikian untuk anak2 asuh Kinderdorff. Mereka harus mampu memahami / memaknai jalan hidup mereka yang hampir pasti bawa pertanyaan atau kesedihan buat mereka. Tapi toh semua peristiwa ada maknanya. Setiap kejadian ada tujuannya. Dan untuk mereka ini jadi sesuatu yang penting dan sangat menentukan untuk perjalanan mereka menjadi dewasa. Tapi dari cerita2 yang aku dapat, banyak kisah hebat dari anak2 asuh Kinderdorff. Apakah jalan hidup mereka lebih sulit, mungkin ga juga, karena pada saat kekosongan diri mereka ada yang mengisi, ada yang melengkapi, kesadaran diri mereka jangan2 bisa lebih mudah mereka temukan.

Seperti yang sempat aku ungkapkan kepada para ibu, bahwa di keluarga2 yang serba berkecukupan bahkan berkelimpahan, banyak anak justru tidak memperoleh hal esensial bagi proses penemuan diri mereka : cinta kasih dan perhatian dari orangtuanya.


Berada di tengah ibu2 asuh ini (yang datang dari banyak daerah, termasuk Bali dan NTT - Flores) aku banyak dapat kesan luar biasa. Di balik kesahajaan beliau2 ini, aku melihat kedalaman pemikiran para ibu ini. Buat aku ini pengalaman luar biasa. Momen pembelajaran yang besar buat aku. Cerita mereka dan pertanyaan2 yang diungkapkan menggambarkan kepedulian yang besar untuk anak2 yang mereka dampingi.

Makasih untuk Hadi, Banteng & Monic yang memberi saya kesempatan.




Friday, August 7, 2009

1 2 3 4 5 6 7 8 9



I got this 'reminder' in a SMS from my mom... Some short moment before this moment.


At 12 hr 34 min and 56 seconds

on the 7th of August this Year,

the time & date will be :


12:34:56 07/08/09 = 123456789


This moment will never happen in your life again.


… but then again


Every other moments will never repeat itselves.

That is why 'now' is called The Present. It is a gift, it is truly a gift.

Each moment must be special.

So we must do our best to treasure them, as they will never happen again.