Friday, January 22, 2010

foto :: daun dan lumut

daun dan lumut
aku suka komposisinya... warna, bentuk dan formasi batu dan di mana daun itu jatuh, dan mengering... jadi aksen yang menarik...
ada kisah sederhana di sana... juga ada ada kontras luar biasa... ada yang gugur dan mati, ada juga kehidupan yang muncul di atas permukaan batu yang dingin dan keras...
gambar diambil di dekat sebuah sungai di daerah Ciater Desember 2009

Saturday, January 16, 2010

Refleksi dari seorang Paimo, pesepeda jarak jauh


Life is a journey
, hidup itu sebuah perjalanan. Kata2 ini mampir lagi di kepalaku setelah pulang mendengarkan sharingnya mas Paimo, seorang petualang sejati, pesepeda jarak jauh yang sudah menjelajahi pelosok2 benua di bumi ini. Melintasi tempat-tempat terekstrim di planet ini: mendaki lereng-lereng Himalaya, melintasi gurun Atacama, bersepeda, seorang diri (berdua, bersama Tuhan). Kalau tidak salah sudah hampir semua muka benua sudah dijelajahinya. Tidak ada kata lain yang cocok selain amazing, mengagumkan, walaupun kata itu juga mungkin tidak cukup... Bayangkan saat perjalanannya di Amerika Selatan, Paimo bersepeda menempuh 6.000 km, yang dilakukannya hampir selama 3 bulan, seorang diri...

Di hari itu, Paimo bercerita tentang perjalanan-perjalanannya dalam acara yang bertajuk 'CONQUERING ROADS Under The Heat of The Same Sun'


Lalu apa yang aku dapat waktu itu? Selain kekaguman akan kisah dan foto-foto perjalanan yang diceritakannya, apa yang bisa aku catat di pertemuan itu terutama adalah kepasrahan Paimo dalam setiap perjalanannya. Dan aku kira itu adalah kunci keberhasilannya dalam setiap perjalanannya. Memang saat ditanya apa yang jadi tujuannya dan apa motivasinya, Paimo juga tidak bisa banyak menjelaskan. Katanya, saat nanti ia dipanggil penciptanya, ia hanya ingin dikenang sebagai Paimo saja. Apa motivasinya? Dia bilang tidak tahu persis. Sepertinya di perjalanan2 itu Paimo merasa 'hidup'. Gairah, semangat, spiritnya saat menempuh ribuan kilometer kayuhan demi kayuhan di atas sepeda tuanya mencerminkan bahwa pada momen-momen itulah Paimo merasa dirinya sungguh-sungguh hidup - he really feels alive! Paimo menemukan spiritualitasnya saat bersepeda jarak jauh. Saat-saat sendiri itulah Paimo seakan-akan bertemu dengan Tuhannya. Ini menjelaskan kepasrahannya, karena memang ada kekuatan yang menemaninya saat Paimo sendirian berada di sepedanya... Saat-saat itu, Paimo memang tidak pernah sendirian...



Mirip dengan kisah Paimo, beberapa waktu lalu di sebuah website aku 'berjumpa' dgn seorang Vietnam melalui website dan blognya, Kim Nguyen, seorang muda yg meninggalkan kehidupan 'normal'nya untuk bersepeda dari Australia ke Copenhagen untuk COP 15, International Climate Summit, di bulan November tahun lalu. Perjalanannya memakan waktu 17 bulan. Misinya adalah membawa pesan & membangun kesadaran tentang perubahan iklim kepada semua orang di semua tempat yang dijumpainya dalam perjalanannya dari daerah ke daerah, negara ke negara.

Seperti yang dibilang Paimo, banyak orang akan bilang orang-orang seperti Kim itu gila, orang seperti Paimo itu gendeng. Tapi ya itulah. Hanya spirit yang sungguh2 besar dan disadari betul oleh orang-orang tersebut yang bisa mendorong mereka melakukan hal-hal luar biasa seperti itu. Dan pada akhirnya merekalah orang-orang yang menghasilkan pencapaian2 besar dan apa yang dilakukannya akan jadi memori untuk orang-orang yang mengenalnya dan mendapatkan inspirasi dari mereka. Sebuah warisan, sebuah legacy... inilah yang bikin seseorang jadi legenda, dan mereka tidak akan pernah mati, they live on!

Lalu bagaimana dengan kita? Sudah pasti tidak semua bisa seperti Paimo. Tapi kita masing-masing pasti punya perjalanan kita sendiri. Pertanyaannya, apakah kita sudah menemukan perjalanan kita? Apakah kita tau kemana dan apa tujuan hidup kita? Apakah kita sedang menjalani perjalanan itu, menuju tujuan kita, tidak mesti di atas sepeda, tapi lewat apa yang kita lakukan sehari-hari...

Kita lihat banyak juga orang yang menemukan makna hidupnya dengan berdiam diri, merenung, mengisi hari2nya dalam hening, lewat doa meditasi, seperti yang banyak dipraktekkan oleh para pendeta Budhis, atau para petapa Hindu, mereka yang belajar Zen dll. Sebetulnya sama juga mereka sedang melakukan perjalanan: bedanya perjalanan mereka ini dilakukan ke dalam dirinya : sebuah inner journey. Di sebuah buku 'One Purpose Million Ways' (Carol Adrienne) aku baca bahwa orang-orang yang tinggal di desa-desa di ketinggian Himalaya, adalah sepertinya orang-orang yang paling bahagia di dunia, padahal mereka paling tidak punya apa-apa. Masyarakat yang hidup di daerah yang sangat gersang untuk bisa ditanami sesuatu. Bukan lingkungan tempat tinggal yang mudah buat siapapun juga tapi mereka punya kedamaian yang inheren dalam kehidupan mereka. Kalau mereka tidak punya apa-apa tapi bahagia, tentunya apa yang ada dalam dirinyalah yang membuat mereka bahagia...

Mencari spiritnya, menemukan soul - jiwanya, dan dalam prosesnya menemukan kembali keterkaitan dirinya dengan kekuatan Ilahiah yang mengatur segala sesuatu di alam semesta ini. Istilah singkatnya dalam kamusku : spiritualitas.

Lagi, buat kita yang bukan Paimo, bukan pendeta lalu gimana? Ya itu tadi, perjalanan hidup kita tentunya berbeda-beda, menemukan dan menjalaninya jadi penting.

Rasanya, apa yang seharusnya kita lakukan adalah jujur. Jujur terhadap diri sendiri, lalu terbuka terhadap hal-hal apa yang membuat kita bahagia. Saat kita bahagia, merasa damai saat kita melakukan sesuatu, bisa jadi itulah saat kita sejalan, masuk dalam arus besar kehidupan kita (yang digariskan Sang Maha Pencipta). Dan memang, kebahagiaan dan kedamaian, sejatinya ada, terletak di dalam diri kita sendiri.

Masalahnya di jaman modern ini, kita sangat mudah teralihkan dan kemudian tersesat, karena banyak sekali hal yang mendistraksi kita dari apa yang seharusnya kita lakukan - dari peta perjalanan hidup kita. Sulit untuk menemukan apa yang seharusnya kita lakukan. Terlalu banyak standar yang dimunculkan / digariskan dari luar diri kita oleh persepsi masyarakat, khususnya. Masyarakat (yang dikendalikan oleh media massa) sepertinya punya standar-standar sendiri untuk setiap dari kita. Orang sukses (bahagia) kalau punya rumah di sini, punya hape merek ini, pake baju merek ini, nyetir mobil merek ini, bisa berjalan2 ke luar negeri dll. Orang yang cantik itu yang berkulit putih, berambut panjang.
Bergeraklah kita ke sana kemari karena hal-hal itulah yang jadi ukuran di masyarakat, dan tidak disadari menjauhkan kita dari jalan hidup kita yang sejati, dan kita malah kehilangan kebahagiaan kita yang sesungguhnya.

Kembali ke beliau-beliau yang diceritakan di atas, aku kira intinya adalah kejujuran mereka kepada diri sendiri. Dan dengan kejujuran ini, mereka bisa menemukan spirit yang memandu mereka dalam langkah-langkah kehidupannya. Yang aku yakin, mereka bahagia.
Buat aku, buat kita, bisakah kita jujur terhadap diri kita supaya kita bisa menemukan makna, tujuan, dan akhirnya kebahagiaan dan kedamaian hidup kita... Terima kasih Paimo, untuk segala inspirasinya.

Monday, January 11, 2010

on brothers and sisters

I am indeed very lucky. My parents have four kids. So I have three siblings. I am the eldest of two sisters and a brother. One of my sister got married to a German guy, so she had to move out of the country to live in Germany. It has been almost five years (I think) since she left Indonesia. She was here two years ago and she was just about to go back to Germany after she visited us since last November.

It was really great to have everyone around, I could really see that in my father's and mother's eye. I felt the same way too. Even more so when we see our children played together, having a really good time. It was a really wonderful sight knowing that they barely knew each other. Having a family, closed ones, people that you really love together makes you feel really blessed. Especially since each one of us is doing OK, seemed content and happy with the lives they are living. At those moments, you can really appreciate and feel so grateful of what dad and mom has given us... And to them hopefully seeing that each one of us, their children and grand children are doing great so far, may make them feel somehow rewarded.

My sister and her family is going away again the day after tomorrow. And I feel so sad realising that it will be a long time before we can see each other again. Even though when she was here, we didn't see each other that much anyway. But it feels kinda strange to feel that we are much closer when we are far away. Perhaps being close to each other tend to make us take it for granted. Or maybe, being older (not old) we grow something that we didn't have before.

My other sister, on the other hand, I see her every day of the week. We live in the same city, worked at the same place. I can see her and my two nephews every day, which is great. My little brother, I don't see him and his family that often, but still I feel somehow really lucky, really glad to have him as a brother.

Anyway, so what do we think of brothers and sisters. Things that we too often take for granted. It's like it's just there everyday as long as we live, and sometimes we they are the ones that we fight and have arguments with. But then time goes on, and when got older and you have a family of you own, then you suddenly realize that they made an important part of your life. In time they will be the only family you have left. When you are alone, you face problems, and need someone to talk to, they may be the people closest to you that will really support and help you without expecting anything in return, simply because they are your family.

In time that people are thinking about having only one child in your family for any sorts of reasons, there are simply many things that simply be gone. When you are a single child, and your parents are gone, then you are simply alone. There will be noone left in your family circle. You may have friends, but they are just not the same. Down the line, the term uncle and auntie will be gone too... And more importantly, you lost the feeling that there will be people that are like you, born from the love of your father and mother. That is I think something that you simply cannot get any other way... I think brothers and sisters are gifts from our parents, and in the same way it is a gift that we give to our child. And one of the most wonderful gift there is.

I now have a family of four. I have a daughter and a son. And when I think about it time and time again, I am hoping that someday my children could and would appreciate what it means of having a brother or a sister. It is a gift to them from us their parents.

When more couples are having only a single child in the family, then how do we define the term family, when in time there will only a single family member left... The term family will then lost its meaning as well... and I can only imagine how lonely it could be...

Saturday, January 9, 2010

sepeda vs. mobil vs. bus kota : komparasi ruang gerak


72 orang pesepeda = 90 meter persegi.
60 mobil yang mengangkut 72 orang = 1.000 meter persegi.
72 orang dalam 1 bus = 30 meter persegi

pantesan kota2 besar pada macet.
Ini belum mengkalkulasi emisi CO2 dan konsumsi BBM ya? Ayo perbanyak bersepeda dan berkendaraan umum. Pasti besar dampaknya pada kualitas hidup masyarakat kota.

nuhun pisan buat Bang Aswi untuk materi posting ini

Friday, January 1, 2010

foto :: dimakan cuaca

dimakan cuaca

gambar ini saya ambil waktu jalan2 pagi di kota pegunungan Bandungan di Jawa Tengah.
genteng tanah liat ditumbuhi lumut, di atas rangka bambu yang mulai hancur, kehijauannya ditambah susunannya yang mulai tidak keruan
justru jadi menarik di tengah-tengah kebun dan kerimbunan pohon...
Bandungan, December 2008.