Monday, February 9, 2015

Pendidikan itu bukan Ujian


Ini curhatan saya yang sedang dalam proses menyusun kisi2 buat Ujian Sekolah SMP... Begitu banyak ya - bahkan sangat banyak - yang ternyata harus kita ujikan kepada anak-anak kita di akhir suatu jenjang pendidikan. Kalau teman2 buka dan amati poin-poin SKLnya begitu berat target kompetensi bagi anak-anak kita. Dan itu harus kita ujikan apakah betul anak-anak kita sudah mencapai kompetensi itu. Kalau SKL itu kita paparkan kepada mereka, sebelum mereka mendaftar ke SMP misalnya, bisa-bisa mereka urung mendaftar sekolah...

Guru dan para birokrat tidak akan pernah bisa berempati beban seperti apa yang dihadapi anak-anak. Penyusun soal hanya menyusun 50 soal untuk mata ujian tertentu... dan selesai. Anak2 kita akan berhadapan dengan 4 mata ujian UN, - yang juga diulang di Ujian Sekolah ditambah sekian banyak mata Ujian Sekolah tertulis yang tidak diujikan di UN ditambah lagi Mata Ujian Praktek...

Kami sendiri merasa sebagai pendidik merasa sudah meyakini dari amatan proses mereka, sudah cukup banyak yang sudah mereka jalani dan sudah melampaui poin2 kompetensi itu, TANPA harus melampaui sesi khusus berhari-hari menguji ketercapaian kompetensi itu. Ujian Nasional, Ujian Sekolah, yang terdiri dari Ujian Praktek dan Ujian Tertulis. Sekilas berhitung, 4 minggu setidaknya akan dihabiskan untuk Ujian2 ini belum terhitung proses persiapan-persiapannya.

Di sekolah anak saya yang saat ini kelas 12 (swasta), dia harus berhadapan dengan 7 kali Pra UN, sebelum menghadapi Ujian sesungguhnya. Sungguh sangat mengerikan - kalau kita bilang bahwa inilah proses mencerdaskan - mendewasakan anak-anak kita.

Mudah-mudahan ini TAHUN TERAKHIR anak-anak kita sudah berhadapan dengan hal ini. Kuncinya memang ada di guru dan proses pembelajaran, bukan di ujian akhir.

Salam pendidikan, teman-teman. Terima kasih sudah membaca curhatan saya. Selamat beraktivitas.