Saturday, October 18, 2014

Cakrawala Harapan untuk Indonesia



Sejak beberapa hari yang lalu, peristiwa ini muncul di ruang waktu bangsa negara Indonesia. Sekilas tampak sederhana tapi gambar ini mensimbolisasikan terbukanya cakrawala harapan yang luar biasa besar bagi Indonesia. Bagi saya peristiwa ini adalah titik puncak proses demokrasi yang berjalan selama ini.
 Semoga segala ketulusan ada di belakangnya. Karena di atas ketulusan itulah bangsa Indonesia dapat berpijak dan melangkah maju ke dalam babakan baru berbangsa dan bernegara. 
Salam hormat saya untuk Prabowo dan Jokowi

Friday, September 19, 2014

Kurikulum 2013 : Kurikulum Gagal !

Kegagalan kurikulum 2013 adalah bukan perkara distribusi buku ataupun pelatihan guru, ia adalah kegagalan pemerintah memandang aktualitas dan potensi bangsa dan masyarakat Indonesia dan anak-anak bangsanya dari Sabang sampai Merauke! Kurikulum 2013 sejak digagas adalah sebuah kegagalan karena berpijak atas sudut pandang simplifikasi / penyederhanaan atas fakta kompleksitas yang dimiliki bangsa Indonesia sejak awal bangsa ini ada.

Kurikulum 2013 sebagai sebuah panduan penyelenggaran pendidikan di Indonesia sebetulnya telah gagal sebelum disahkan.

Salah satu aspek menjadi kemunduran terbesar (dan sangat besar) dari Kurikulum 2013 adalah berubah kembalinya pengolahan kurikulum secara lokal - di level sekolah (KTSP) menjadi kurikulum yang distandarisasi pemerintah. Salah satu aspek fundamental yang menjanjikan keberhasilan pendidikan - apalagi pendidikan nilai atau karakter adalah bagaimana pemerintah memberikan ruang dan kepercayaan bagi setiap kelompok masyarakat untuk mengelola pendidikan berdasarkan konteks lokalitasnya masing-masing.

Oleh Sang Pencipta, Indonesia diberikan keberagaman sebagai anugerah yang luar biasa yang perlu dijadikan modal besar dalam mengelola pendidikan anak-anak bangsa. Kompleksitas dan segala kerenikan lokal di masyarakat setempat harus punya peran besar dalam menyelenggarakan pendidikan putra-putrinya di manapun ia berada.

Sebagaimanapun hebatnya kurikulum, tak akan ia mampu menyentuh kerenikan itu terkecuali ia mampu mengenali secara memadai kompleksitas bangsa Indonesia sebagai sebuah potensi yang kemudian dijadikan olahan dan bagian integral dari desain kurikulum itu...

Kesalahan yang sangat sederhana, tapi sangat mendasar... Prihatin!

Tuesday, July 22, 2014

Catatan Pendek di 22 Juli 2014


Setelah perhitungan suara disahkan KPU, kini saatnya mulai bekerja. Bapak Jokowi dan JK, hari ini bukan akhir justru awalan. Setelah memilih, dan ternyata bapak bwrdua menang, saya juga akan terus menjaga suara dan kepercayaan yang dititipkan kepada bapak berdua untuk merealisasi segala janji visi dan misi yang Bapak-bapak bawa selama masa kampanye. Saya kira kami semua para pemilih akan tetap kritis, awas dan terbuka seperti saat kami mengawal suara kami sampai ke penghitungan suara final di KPU. Suara kami bukan untuk pemilu kemarin tapi untuk 5 tahun mendatang. Suara kami bukan untuk bapak berdua tapi untuk Indonesia yang lebih maju. Saya yakin bapak berdua mencalonkan diri untuk bekerja bukan untuk berkuasa. Setelah nanti dilantik, bapak berdua akan memegang amanah dari seluruh rakyat Indonesia.

Semoga lima tahun ke depan saya dan puluhan juta rakyat Indonesia tidak menyesali pilihan yang diambil di bilik suara 9 Juli lalu. Semoga kita semua bisa tersenyum dan bersyukur bahwa hari kemarin 22 Juli betul-betul menjadi hari bersejarah saat seorang yang datang dari antara kita, dari rakyat biasa dengan segala kesahajaannya bisa membawa perubahan dan kemajuan besar bagi Indonesia seperti yang bapak bapak janjikan dan kita semua imajinasikan...

Akhirnya semoga saya dan semua pendukung Bapak berdua juga siap dengan komitmen kami untuk bekerja sama bergandengan tangan untuk membangun Indonesia melalui bidang keahlian kami masing masing tentunya di bawah kepemimpinan Bapak-bapak... Semoga...

Tuhan memberkati kita semua, Tuhan melindungi Indonesia.

Monday, June 30, 2014

[seputar pilpres 2014] seandainya Jokowi JK kalah...


seputar Pilpres 2014 #1
dari wall fb : 29 Juni 2014

Kalaupun... kalaupun karena penyebab apapun Jokowi JK kalah dalam pilpres kali ini, kita semua bangsa Indonesia telah mencapai hal yang luar biasa di dalam proses demokrasi di Indonesia.

Baru kali ini kita menyaksikan bagaimana masyarakat belajar untuk tidak menyandarkan diri kepada partai politik. Kita menyaksikan bagaimana pendukung Jokowi berkumpul di berbagai tempat, mengekspresikan diri lewat berbagai ungkapan kreativitasnya. Mendukung tanpa pamrih, tanpa iming-iming apapun, hanya karena berpegang pada harapan masa depan bangsa yang lebih baik. Individu yang berkumpul dengan tulus dan memberikan segala pengorbanan dan dukungannya untuk sosok sederhana yang dipercaya bisa membawa harapan bagi mereka. Dukungan dana kampanye hingga puluhan milyar, ada petani menyumbang beras, pemulung bantar gebang menyumbang 2 juta rupiah, pedagang menyumbang ribuan gelas dawet buat pendukung jokowi, ada yang membuat video, menggubah lagu, menggambar komik, membuat testimoni, menulis ribuan blogpost, memvisualkan visi misi Jokowi JK... semua tanpa pamrih. Semua wujud bentuk dukungan yang tulus. Kita lihat bagaimana pendukung Jokowi di mana-mana di seluruh Indonesia bahkan di kota-kota seluruh dunia bisa berkumpul tanpa membawa-bawa identitas partai apapun. Berkumpul bergandengan tangan hanya untuk menitipkan kepercayaan kepada sang pembawa harapan. Luar biasa!

Menyaksikan semua ini harus dengan rasa, dengan nurani. Angka-angka tidak ada artinya karena dengan mudah bisa dimanipulasi. Fakta-fakta bisa dijungkirbalikkan dan diputar-putar pemaknaannya. Ayo tinggalkan logika dengan segala pembenaran-pembenarannya.

Saksikan dengan nurani, dan kita akan bisa menangkap ada sebuah jalinan luar biasa yang sedang dibangun oleh bangsa Indonesia satu individu dengan lainnya dengan calon pemimpinnya. Hal ini ada dan sedang terjadi di antara mereka yang meletakkan pilihannya untuk nomor 2, Jokowi dan JK.

Teman-teman semua, kemajuan Indonesia adalah bukan terletak pada bahu Jokowi dan JK saja. Mereka tidak ada artinya. Saat kita mencari-cari kelemahan mereka sebagai manusia, begitu mudah menemukannya.

Tapi merefleksi ini semua, lihatlah bagaimana begitu banyak dari kita masyarakat Indonesia yang siap (bahkan sudah) bekerja bahu membahu untuk membangun bangsa dan negara yang kita harapkan bersama.
Karenanya saya kira, apa yang diusung oleh Jokowi JK sudah tercapai : Jokowi JK adalah kita!

Tuhan Memberkati Indonesia! — feeling hopeful.

Tuesday, February 18, 2014

[KaBAMb] memilihkan buku bacaan

KaBAMb : Kawanku Bertanya Aku (berusaha) Menjawab.

Dialog ini terjadi melalui beragam media komunikasi. Awalnya personal, tp aku pikir bisa saja bermanfaat bagi rekan rekan lain yang punya pemikiran atau pertanyaan serupa. Jadi akupun mwmutuskan untuk memindahkannya ke sini. Pertanyaan ini datang dari rekan saya Suni, aktivis pendidikan dari Rumah Edukasi di Bandung melalui WhatsApp.

Malam pak andy..
Mau tanya referensi buku. Aku mau beli buku buat ponakanku kelas 2 SMP (cow) dan 4 SD (cew). Mereka bs dibilang ga pernah baca buku slain buku pelajaran. Kira2 buku apa yg bs menarik perhatianny agar mrk bs terus membangun kesenangan baca.

Hi Suni. Wah pertanyaan sulit nih. Sy ga bisa jawab langsung. Yg pasti kt harus tau minatnya apa. Hal2 apa yang disukainya. Kemudian harus dilihat tingkat pemahaman bacanya. Pilih buku yang sesuai minat lalu narasi bacaannya jangan terlalu mudah ataupun terlalu sulit. Idealnya sedikit di atas kemampuan baca mereka supaya mereka tertantang. Ada kesulitan tapi mereka harus merasa bisa mengatasinya. Sy pikir sih kalau mungkin ajak mereka ke toko buku dan dampingi saat memilih. Bantu dgn pertanyaan2 tentang minat agar mereka bisa menentukan pilihan.