Saturday, September 29, 2007

new life

new life

it is a interesting sight to see something fresh and alive eagerly growing out of a seemingly dry dead soil...
it is like little point of light that we see coming out in the dark,
like hope in a desperate situations...
it is so, it is always so,
because they are inseperable... life and death, darkness and light... it is always so...


"The secret is here in the present. If you pay attention to the present, you
can improve upon it. And, if you improve on the present, what comes later
will also be better. Forget about future, and live each day according to the
teachings, confident that God loves his children. Each day, in itself brings
with it an eternity. "

~Paulo Coelho~

tentang Judy Baldock : mahasiswi berumur 69 tahun

Satu dari banyak perjumpaan saya yang membawa kesan. Waktu itu tahun 1996,semester 1 di lab komputer Faculty of Built Environment, School of Landscape Architecture di UNSW (University of New South Wales - Sydney). Setelah setengah tahun saya kuliah, saya diminta dosen saya Jim Plume menangani lab komputer: Introduction to Computing untuk mahasiswa tingkat 1 strata 1 dari School of Landscape Architecture. Salah satunya mahasiswi saya adalah Judy ini. Kenapa berkesan, karena beliau waktu itu duduk di kelas saya sementara umur beliau sudah 69 tahun. Seorang oma yang cucunya sudah 6 orang, beliau terdaftar sebagai mahasiswa landscape architecture. Dan dia punya semangat belajar yang luar biasa. Waktu itu saya harus mengenalkan aplikasi komputer dasar mulai word processing, spreadsheet, database dan email, membimbing para mahasiswa menyelesaikan lembar demi lembar tutorial. Judy adalah salah satu yang paling semangat menyelesaikan pekerjaannya.

Di akhir sebuah sesi tutorial, saya sempat bertanya kepada beliau, intinya "Judy, what's your reason you go back and study in the University?" dia bilang, "Well, I don't know, I have always wanted to go and study landscape, never got the chance until now, and here I am". Kalimat ini saya ingat betul, walaupun peristiwanya lewat hampir 11 tahun yang lalu. Yang mengherankan saya, sekian lama, puluhan tahun, semangat belajar beliau tidak pernah luntur. Luar biasa. Dan dia tampaknya juga tidak pernah peduli dia satu-satunya mahasiswa yg sudah oma, sementara yg lain umumnya lulusan High School.

Akhir tahun 96 saya kembali ke Indonesia, setelah selesai studi dan kelahiran anak saya yang pertama. Waktu berjalan sampai saatnya usianya dia masuk TK. Saya dan istri rasanya sudah cukup berhati-hati memilih sekolah karena sebelum menentukan kami sudah memperoleh cerita-cerita bagaimana sekolah-sekolah sekarang semakin berat buat anak bahkan di usia TK. Di TK-nya, ternyata dia hanya bertahan 4 bulan. Di titik itu dia sudah sampai tahapan stress yang efeknya muncul sebagai gangguan pencernaan. Di bulan ke 4 itu, dia semakin sulit diajak berangkat ke sekolah. Setiap pagi kami harus 'berantem' dulu di setiap tahap mulai dari bangun tidur, berpakaian, makan dan seterusnya. Sikap-sikapnya sehari-hari pun menjadi sangat negatif dan tidak menyenangkan. Sampai akhirnya kamipun membiarkan dia untuk memutuskan, apakah mau terus sekolah atau tidak. Tanpa ragu dia memilih berhenti sekolah.

Peristiwa ini membuat saya bingung, dan berpikir. Saya jadi ingat kembali tentang Judy dan apa yang saya alami di anak saya. Bagaimana mungkin seorang anak punya semangat belajar, keinginan sekolah yg tidak pupus saat dia seusia Judy, sedangkan pada usia 4 tahun, sekolah adalah sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Buat orang-orang seperti Judy, belajar adalah sebuah kesenangan, sebuah passion, sebuah semangat yang tidak pernah padam selama puluhan tahun waktu yang dia lewati sebelum kembali sekolah.

Perenungan ini adalah salah satu titik saya merasa ada yang sangat tidak beres dengan pendidikan kita. Apa itu, saya memang tidak tahu. Tapi dari titik-titik kecil apa yang saya amati saat anak saya ada di sekolah itu, saya mulai punya sedikit kesimpulan. Kalau Semi Palar sekarang jadi sesuatu yang saya dan teman-teman tekuni, saya harus berterima kasih pada Judy Baldock, pada anak saya yang sulung dan TK-nya yang dulu. Rasanya mereka jadi pemicu yang besar bagi eksistensi Semi Palar sekarang ini.

Wednesday, September 26, 2007

foto :: taking a break

taking a break
This picture was taken on January 2006, somewhere along the road to lembang through Dago Bengkok,
an alternative path to Lembang, an higher area north of Bandung.
We were taking a short stop, looking around, and I saw this grasshopper perching on top of stacks of bamboos.
Just as we were taking a break, this little creature was doing exactly the same thing.

Sunday, September 23, 2007

catatan refleksi ku untuk 3 tahun semi palar

ini catatan refleksiku atas 3 tahunnya semi palar. kita kumpul bersama kakak-kakak guru dan rekan-rekan di yayasan yang selama ini mendukung keberadaan semi palar.


Rekan-rekan semua yang saya hormati & cintai.
Tanpa terasa Semi Palar sudah melangkah ke usianya yang ke tiga. Apa yang
dulu berupa angan-angan, cita-cita, imajinasi, sekarang sudah bisa kita
lihat dan rasakan keberadaannya.

Seperti yang kita hayati bersama bahwa tidak ada satu peristiwa-pun yang
terjadi secara kebetulan, perjalanan kita sebelum Semi Palar dan tiga tahun
kita di Semi Palar semoga berbicara banyak pada kita tentang banyak hal, dan
juga tentang diri kita dan rencana Tuhan atas diri kita saat ini.
Sore ini pula kita duduk bersama di dalam satu ikatan yang kita sebut
bersama sebagai Semi Palar, ijinkan saya menyampaikan pengantar pendek untuk
obrolan kita hari ini.

Secara wujud fisik, Semi Palar tampil sebagai sebuah sekolah. Tapi di dalam
spiritnya, saya bisa merasakan ada sesuatu yang luar biasa besar di dalamnya
karena peran dan kontribusi kita masing-masing dari kita semua yang terlibat
di dalamnya.

Dari semua yang kita alami sampai di titik ini, ternyata Semi Palar bukan
sebuah sekolah yang luar biasa, tapi di Semi Palar kita malahan kembali ke
dasar - back to basic, ke hal-hal yang semakin banyak terlupakan -
terabaikan di tengah segala kemajuan umat manusia sekarang ini.

Di Semi Palar kita ternyata lebih banyak bicara tentang relasi antar
manusia, tentang alam lingkungan kita, tentang Tuhan, tentang misteri alam
dan kehidupan, dan bagaimana kita masing-masing berperan di dalamnya. Kita
semakin banyak bicara tentang keberagaman kita, penghayatan kita terhadap
kemanusiaan kita, kebanggaan terhadap budaya kita dan tentang kecintaan kita
kepada bangsa dan negara Indonesia. Seperti yang bisa saya rasakan, semua
ini ada bukan dikulit belaka tapi datang dari hati nurani kita dan anak-anak
kita.

Semoga kita semakin lama semakin yakin bahwa pendidikan adalah bukan
bertujuan sekedar menguasai matematika, bahasa dan teknologi; bahwa belajar
adalah tentang kehidupan, dan kehidupan sebagai anugerah Tuhan adalah SAKRAL
dari segala aspeknya.

Anak-anak yang jadi titik sentral aktifitas kita di Semi Palar melalui
kejernihan dan kepolosannya mudah-mudahan bisa membawa kita semua bercermin
diri, ber-refleksi dan memahami diri kita, makna hidup kita dan menghayati
kehidupan kita manusia di alam semesta yang jadi anugerah terbesar Sang
Pencipta bagi kita.

Baru di kesempatan ini kita semua berkumpul dan berjumpa. Selama ini masih
saya yang jadi titik persilangan obrolan dengan Ipong, Kang Aat, dll.
Mudah-mudahan momen yang mempertemukan kita semua hari ini jadi titik
pijakan yang baru buat kita semua.

Terima kasih buat semua, terutama kakak-kakak: Claudine, Yuyun, Caroline,
Feka, Wienny, Eet, Vanie, Chicha, mas Woto dan Mba Esih, pak Muklis, yang
mendenyutkan dan memberi nafas buat Semi Palar hari demi hari; teman-teman
baru Nia, Palupi, Ima; Buat teman-teman di yayasan: Ipong, kang Aat, Santi,
Anne, ibu Peter, secara khusus Pak Peter dan semua keluarga dan teman yang
terus mendukung kita, memberi motivasi dan inspirasi. Buat bapak-bapak
pekerja yang mewujudkan fisik tempat ini.
Dan kemudian buat orang tua murid yang meletakkan kepercayaan buat Semi
Palar jadi tempat anak-anaknya bertumbuh kembang.

Semoga kita semua mampu mewujudkan apa yang dipercayakan olehNya kepada kita
semua.


Salam Smipa, Andy, 21 September 2007

Thursday, September 13, 2007

kemilau alam 2

kemilau alam 2

masih di tempat yang sama. bunga yang tumbuh liar,
bagaimana warna kuningnya berpendar ke sekitarnya.
perjalanan ke alam banyak mengingatkan kita akan keindahan yang
Tuhan ciptakan buat kita.

kemilau alam

kemilau alam

gambar ini saya ambil saat menemani anak-anak outing ke sebuah aliran sungai di sebelah barat Bandung.
momen luar biasa buat saya saat bisa menyaksikan anak-anak begitu gembiranya main air di sungai,
bersentuhan dengan alam, dengan ciptaanNya.
saya hanya berdoa semoga persentuhan ini menggoreskan sesuatu di nurani mereka,
bahwa alam pun punya kemilau yang luar biasa, saat kita mengamati dengan nurani kita...

mudah-mudahan mereka bisa ikut menjaga dan melindungi alam yang sudah semakin rusak,
rusak oleh keserakahan - ketidakpedulian kita-kita manusia dewasa...

Tuesday, September 11, 2007

bedah buku Sokola Rimba karya Butet Manurung

Kemarin saya dan kakak-kakak guru Semi Palar mendapat kesempatan langka untuk berjumpa salah seorang pejuang pendidikan, Butet Manurung. Rasanya banyak orang cukup tahu siapa dia, tapi berjumpa langsung dan mendengar pengalamannya jadi sesuatu yang ditunggu-tunggu juga. Acara bedah buku ini diselenggarakan di Gedung Indonesia Menggugat. Tempat yang jadi pas saat kita memang sedang menggali hal-hal apa yang kita bisa lakukan untuk Indonesia, seperti apa yang sedang dilakukan Butet dan kawan-kawannya.

Soal dia sosok yang luar biasa, itu sudah pasti, dan kami semua hadir dengan maksud untuk belajar dari Butet. Pengalamannya pasti luar biasa. Dan saya berharap bisa memperoleh bahan refleksi terhadap apa yang sedang dicoba saya dan guru-guru lakukan di Semi Palar.

Dan memang itulah yang saya dapatkan. Dari slide-show, cerita-cerita pengalamannya yang menarik, terbaca betul dedikasinya untuk anak-anak di pedalaman sana. Membantu mereka untuk survive saat bersentuhan dengan dunia yang lebih modern - walaupun belum tentu lebih berbudaya. Kalau sekolah itu untuk kehidupan, tentunya tema 'survival' adalah tepat di manapun pendidikan diselenggarakan. Hal itu baru saya sadari kemudian setelah perjumpaan ini.

Terima kasih untuk Butet, kawan-kawan di Komunitas Sokola untuk inspirasinya. Semoga Tuhan terus memberikan kekuatan dan ketulusan untuk karya-karya dan dedikasinya.









butet dan bukunya Sokola Rimba.
www.sokola.org

Tuesday, September 4, 2007

setiap orang adalah guru...

"Setiap Orang adalah Guru,
Alam Raya Sekolahku"

dari buku Sokola Rimba karya Butet Manurung

Monday, September 3, 2007

abah iwan ulang tahun

Hari ini abah iwan ulang tahun. Aku sendiri baru berjumpa dan ngobrol sama
abah sekali dua kali, beberapa kali aku nonton abah nyanyi dan membawakan
refleksi-refleksinya yang luar biasa mendalam. Figur abah memang luar biasa
dan itu tercermin dari acara hari ini di Selasar Soenaryo. Teman-temannya
yang dari berbagai kalangan (pencinta alam, seniman, budayawan, pendidikan,
militer, pejabat pemerintahan) berkumpul merayakan ulang tahunnya sebagai
'hadiah' buat dedikasinya selama ini, sampai hari ini beliau berumur 60
tahun.

Luar biasa! Selasar Soenaryo dipadati tamu yang hadir untuk 60 tahun abah
iwan. saya dan istri beruntung bisa hadir di sana, merasakan suasananya,
menghayati bagaimana karya hidup beliau mewarnai begitu banyak orang. Hadir
di sana bpk gubernur Danny Setiawan, dan bpk. Mentri Pemuda dan Olahraga,
Bpk. Adhiyasa Daud, dan banyak lagi lainnya. Di amphiteater, teman-teman dari Rumah Nusantara berhasil mengundang 29 penampil yang bergantian hadir membawakan karya-karya
abah Iwan... penonton disuguhi berbagai rupa interpretasi musik sampai acara
tuntas jam 2 pagi. Entah kapan lagi kita bisa nonton pertunjukan seperti
ini.

Buatku ini di luar logika (beyond logic). Buatku ini adalah sebuah
keajaiban. Begitu banyak yang tersaji di hadapan penonton. Persahabatan,
cinta, kerendahan hati, kepekaan nurani, kecintaan terhadap alam, kecintaan
terhadap bangsa, ekspresi dan penjiwaan estetika yang luar biasa. Berulang
kali terasakan nuraniku tersentuh, air mata menetes, terharu saat satu demi
satu para seniman membawakan karya-karya abah iwan dengan penjiwaan yang
luar biasa. Seperti yang diungkapkan oleh Bpk Adhiyasa, banyak orang-orang
yang besar karena gelar atau jabatan, tapi abah Iwan adalah orang yang besar
karena hakekat. Orang-orang hadir karena memang menghormati dan mengapresiasi abah Iwan, bukan sekedar basa-basi belaka. Aku bisa membayangkan kenapa, karena
manusia-manusia yang berkarya sepenuh hati, sepenuh jiwa,
keajaiban-keajaiban memang akan menyertainya.

Buatku peristiwa ini tidak akan aku lupakan, bermakna, mendalam... semoga
energi yang terbawa dari momen ini bisa terus menginspirasi aku untuk apa
yang harus aku lakukan ke depan...

Sunday, September 2, 2007

bisi labuh

Hari ini aku bolos mboseh karena badanku lagi ngga fit...
Jadi aku posting aja gambar jepretan temanku Murdock
waktu minggu lalu...
Caution Tag ini nempel di sepeda warna gonjreng punya oom Bud yang biasa dipinjamkan ke temen-temen yang baru gabung.
Kita sebutnya sepeda racun, karena warnanya norak, biasanya temen-temen yang pake buru-buru beli atau ngerakit sepeda sendiri... hehe...