Wednesday, August 27, 2008

Douglas MacArthur's Prayer

Tuhanku,

bentuklah putra-putriku menjadi manusia yang cukup berani
untuk menghadapi kelemahannya
dan berani menghadapi dirinya manakala dia takut.

Manusia yang tetap teguh dalam kekalahan
tetapi jujur dan rendah hati
serta berbudi halus dalam kemenangan.

Bentuklah putra-putriku menjadi manusia yang cita-citanya tak pernah padam
dan sanggup mewujudkannya di dalam tindakan.

Putra putri yang insyaf bahwa mengenal dirinya adalah alasan landasan
pengetahuan.

Tuhanku,
aku mohon supaya putra-putriku berada di atas jalan yang tidak mudah dan
lunak,

akan tetapi tumbuh dan Kau pimpin
di dalam desakan dan tantangan agar dia dapat berdiri kokoh di tengah badai;

Putra-putri yang dapat memimpin dirinya sendiri
sebelum berhasrat memimpin orang lain;

Putra-putri yang dapat memenangkan hari depan
dan masa lampau setelah itu semua menjadi miliknya;

Aku masih mohon supaya putra putriku diberi perasaan jenaka
agar dia dapat bersungguh-sungguh tanpa terlampau bersungguh-sungguh;

Karuniakanlah mereka kerendahaan hati dan bimbinglah mereka
agar selalu ingat akan Engkau sebagai sumber keAgungan dan keSederhanaan
yang asli, sebagai sumber keArifan dan keKuatan yang asli,

dengan demikian, aku, ayahnya dapat memberanikan diri untuk berbisik
"hidupku tidak sia-sia"

Douglas MacArthur

Sunday, August 17, 2008

DIRGAHAYU INDONESIAKU

pertanyaannya,
apakah yang sudah kita lakukan untuk kemerdekaan negara kita?
apa yang sudah kita lakukan untuk bangsa kita?

foto kiriman dari Kang Andar. Nuhun Kang.

Saturday, August 16, 2008

Menghidmati 17 Agustus 1945

selasar soenaryo | 16 Agustus 2008 | 20.00

Entah kenapa saya selalu menanti acara-acara yang dibawakan di komunitas ini. Teman-teman yang saya kenal ada di komunitas Rumah Nusantara, Abah Iwan, Kang Iman Soleh, Imam Suryantoko, Selasar Soenaryo dan lainnya.
Selalu ada energi / aura yang berbeda di dalamnya.
Saat mas Imam mengibarkan bendera Merah Putih dan kita sama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya. Ada rasa menyesak di dada. Dan seringkali air mata mendesak keluar seakan ingin ikut menyaksikan peristiwa...
Kenapa? Sejak sekian lama ratusan kali mungkin saya pernah ikut upacara bendera? Kenapa suasana hati tidak pernah terbawa?
Hari inipun sama, pengunjung diajak serta mengkhidmati kemerdekaan Indonesia, 63 tahun yang lalu.
Mungkin tidak ada cara yang lebih dekat daripada saat Abah Iwan mengajak kita merenungkan momentum kemerdekaan lewat lagu dan petikan gitarnya.
Kembali rasa syukur saya luncurkan kepadaNya karena malam ini pula, batin saya diberi kesempatan bergetar dan membatin, apa makna hidup saya hari ini di dalam hawa kemerdekaan yang dihembuskan para pahlawan kita...