Sunday, January 15, 2012

belajar etos kerja dari montir bengkel

Sudah hampir 3 minggu, AC mobilku rusak. Sadar betul sih pemakaian AC itu tidak ramah lingkungan, tapi ternyata kendaraan2 jaman sekarang tidak dirancang agar dapat digunakan tanpa AC. Begitu AC rusak, jendela ditutup di saat hujan turun, kaca jendela jadi berembun dan kita tidak bisa melihat keluar... Mobilku yang dulu, VW kodok tahun 68, aman-aman saja saat dikendarai tanpa AC (karena memang tidak ada AC-nya) saat hari hujan. One ingenious design, that Volkswagen.


Tapi ini bukan cerita tentang mobil. Sabtu kemarin aku membawanya ke satu bengkel kecil di Jln. Abdurrahman Saleh. Bukan Authorized Service Center, bukan bengkel resmi maksudnya, tapi penanda di depannya menyebutkan Service AC. Akupun ke sana di pagi hari dan disambut dua orang montir dengan pakaian khasnya (werkpak) menanyakan apa yang perlu dibantu.

Di awal sepertinya biasa-biasa saja. Cukup meyakinkan kelihatannya, tapi mulai berbeda saat mereka mulai membongkar bagian bagian dari komponen AC yang bermasalah. Dua montir ini, pak Enjang dan kang Toni, mulai memperlihatkan keahliannya. Tapi bukan sekedar keahliannya, tapi juga kehati-hatian mereka terhadap yang dilakukan. Teliti, berhati-hati, sabar... Etos kerja yang sudah tidak lagi banyak terlihat. Mereka menggunakan alat yang tepat untuk berbagai kegiatan. Sangat teliti, bahkan mereka mencatat, beberapa sekrup yang sudah tidak lagi lengkap. Hal yang sudah semakin sulit kita temukan.

Sehari kemarin, mereka kerja penuh, bahkan melewatkan waktu istirahatnya. Hal-hal kecil yang sebetulnya bukan pekerjaan mereka-pun sempat mereka perhatikan. Sekrup yang tidak ada dilengkapi. Jalur-jalur selang yang sudah berubah dikembalikan ke posisinya semula. Mereka bekerja sangat fokus. Profesional. Saluran-saluran AC yang dibersihkan tidak ada yang terlewat bahkan untuk posisi-posisi yang sulit dijangkau atau dikerjakan sekalipun. Mereka bahkan sempat menawarkan untuk membubuhkan pewangi kendaraan di dalam saluran AC untuk menghilangkan bau bensin yang dipakai untuk membersihkan saluran-saluran AC. Setelah selesai, semua bagian mobil yang kotor karena tangan-tangan mereka yang berminyak mereka bersihkan.

Di akhir hari, setelah pekerjaan semua selesai, mereka baru bercerita, "biasana mah dinten Sabtu tos beres tabuh tilu-an, Pa." sementara waktu sudah menjelang 5 sore. Yang menarik buat aku, hari itu bos mereka tidak ada di tempat sejak awal sampai selesai mereka mengerjakan semuanya. Tidak ada yang mengawasi, tapi mereka melakukan pekerjaan dengan cara bekerja yang buat aku cukup mengagumkan.

Jadi ya begitulah, satu hari itu walaupun aku harus 'nongkrong' di bengkel seharian, aku belajar sesuatu dari teman2 baru, dua orang montir yang setelah satu hari menjadi teman ngobrol dan jadi guruku hari itu. Semoga aku ingat pengalaman hari ini, saat menyalakan kembali AC mobil yang sudah kembali jadi dingin.

Saturday, January 14, 2012

menerima, belajar dan berbuat


Menerima, to accept atau nrimo (boso jowo) rasanya jadi kata kunci dari seluruh proses yang aku jalani selama membawa Rumah Belajar Semi Palar sampai di titik ini. Kata kedua yang sejak dulu berusaha aku pegang adalah belajar. Pertama, pembelajaran adalah sesuatu yang berjalan sepanjang hayat. Ditambah lagi, bahwa Semi Palar menjadi pilihan untuk memfasilitasi pembelajaran anak-anak tentunya hal belajar menjadi esensi dari segala apa yang kita lakukan di dalamnya. Seperti kata Bpk. Komaruddin Hidayat, “guru (pendidik) yang berhenti belajar harus berhenti mengajar”. Kalimat ini adalah oleh-oleh para kakak (Kak Caroline, kak Wienny dan kak Taufan) dari Konferensi Guru Nusantara bulan November 2011 yang lalu di Jakarta. Lalu belajar apa? Nah ini sangat berkaitan dengan kata pertama ‘menerima’. Menerima bahwa segala sesuatu yang masih belum, kurang atau tidak semestinya, semuanya adalah bahan pembelajaran buat kita. Untuk menerima, tentunya kita harus sangat terbuka terhadap hal-hal tersebut. Setelah mampu menerima, kita baru punya peluang untuk belajar. Kemudian setelah belajar dengan mengolah, memahami dan menghayati tentunya kita harus belajar untuk berbuat – melakukan sesuatu.

Menerima kemudian aku sadari berkaitan erat juga dengan hal mensyukuri. Hal ini juga menjadi bahan renungan dan banyak obrolan di jeda akhir tahun ini. Pada saat kita tidak menerima suatu situasi, akhirnya memang tidak mungkin juga kita mensyukurinya. Kalau kita yakini bahwa segala sesuatu yang terjadi membawa makna (everything happens for a reason) tentunya segala sesuatu peristiwa itu baik adanya. Akupun semakin menghayati bahwa segala proses yang berjalan sudah ada yang mengaturnya; akhirnya semua kembali ke sejauh mana aku bisa menghayati situasi-situasi yang ada, dan melangkah.

Biasanya kita hanya bersyukur atas hal-hal yang baik yang kita terima atau alami.  Jarang sekali kita mensyukuri hal-hal yang sebaliknya. Kesadaran kita akan kekurangan yang ada adalah pijakan luar biasa yang disediakan bagi kita untuk melangkah maju. Kita juga sering lupa mensyukuri hal-hal yang biasa. Hal-hal sehari-hari yang rutin dan senantiasa ada di depan kita sering lepas dari perhatian kita. Kita mudah sekali untuk ‘taking things for granted’. Tapi sepertinya begitulah manusia. Kalau direnungkan kembali, bahwa Semi Palar – dengan segala kekurangannya – di tahun ini masih diberi kesempatan untuk sehari-hari memfasilitasi anak-anak yang semangat belajar untuk terus berkembang – menemukan bintang mereka masing-masing, adalah sesuatu yang luar biasa. Dan selama eksistensinya, menerima, belajar dan berbuat adalah jadi kata-kata kunci yang terus harus dihayati.

Aku meyakini, segala kesulitan dan tantangan yang ada adalah satu paket dengan pilihanku di titik awal perjalanan ini, bahwa ini adalah arah perjalanan yang aku ambil. Aku berdoa semoga semua teman2 yang juga memilih untuk melangkahkan kaki di jalan yang sama : menjadi pendidik di Semi Palar bisa menghayati hal yang sama juga.
Catatan pendek ini aku jadikan posting pertama di tahun 2012. Semoga semua yang berjalan di tahun ini bisa aku jalani berdasarkan keikhlasan menerima, belajar dan berbuat.