Sudah hampir 3 minggu, AC mobilku rusak. Sadar betul sih pemakaian AC itu tidak
ramah lingkungan, tapi ternyata kendaraan2 jaman sekarang tidak
dirancang agar dapat digunakan tanpa AC. Begitu AC rusak, jendela
ditutup di saat hujan turun, kaca jendela jadi berembun dan kita tidak
bisa melihat keluar... Mobilku yang dulu, VW kodok tahun 68, aman-aman
saja saat dikendarai tanpa AC (karena memang tidak ada AC-nya) saat hari
hujan. One ingenious design, that Volkswagen.
Tapi
ini bukan cerita tentang mobil. Sabtu kemarin aku membawanya ke satu
bengkel kecil di Jln. Abdurrahman Saleh. Bukan Authorized Service
Center, bukan bengkel resmi maksudnya, tapi penanda di depannya
menyebutkan Service AC. Akupun ke sana di pagi hari dan disambut dua
orang montir dengan pakaian khasnya (werkpak) menanyakan apa yang perlu
dibantu.
Di awal sepertinya biasa-biasa saja. Cukup
meyakinkan kelihatannya, tapi mulai berbeda saat mereka mulai membongkar
bagian bagian dari komponen AC yang bermasalah. Dua montir ini, pak
Enjang dan kang Toni, mulai memperlihatkan keahliannya. Tapi bukan
sekedar keahliannya, tapi juga kehati-hatian mereka terhadap yang
dilakukan. Teliti, berhati-hati, sabar... Etos kerja yang sudah tidak
lagi banyak terlihat. Mereka menggunakan alat yang tepat untuk berbagai
kegiatan. Sangat teliti, bahkan mereka mencatat, beberapa sekrup yang
sudah tidak lagi lengkap. Hal yang sudah semakin sulit kita temukan.
Sehari kemarin, mereka kerja penuh, bahkan melewatkan waktu
istirahatnya. Hal-hal kecil yang sebetulnya bukan pekerjaan mereka-pun
sempat mereka perhatikan. Sekrup yang tidak ada dilengkapi. Jalur-jalur
selang yang sudah berubah dikembalikan ke posisinya semula. Mereka
bekerja sangat fokus. Profesional. Saluran-saluran AC yang dibersihkan
tidak ada yang terlewat bahkan untuk posisi-posisi yang sulit dijangkau
atau dikerjakan sekalipun. Mereka bahkan sempat menawarkan untuk
membubuhkan pewangi kendaraan di dalam saluran AC untuk menghilangkan
bau bensin yang dipakai untuk membersihkan saluran-saluran AC. Setelah
selesai, semua bagian mobil yang kotor karena tangan-tangan mereka yang
berminyak mereka bersihkan.
Di akhir hari, setelah pekerjaan semua selesai, mereka baru
bercerita, "biasana mah dinten Sabtu tos beres tabuh tilu-an, Pa."
sementara waktu sudah menjelang 5 sore. Yang menarik buat aku, hari itu
bos mereka tidak ada di tempat sejak awal sampai selesai mereka
mengerjakan semuanya. Tidak ada yang mengawasi, tapi mereka melakukan
pekerjaan dengan cara bekerja yang buat aku cukup mengagumkan.
Jadi ya begitulah, satu hari itu walaupun aku harus 'nongkrong'
di bengkel seharian, aku belajar sesuatu dari teman2 baru, dua orang
montir yang setelah satu hari menjadi teman ngobrol dan jadi guruku hari itu. Semoga aku ingat pengalaman hari ini, saat menyalakan kembali AC mobil yang sudah kembali jadi dingin.
No comments:
Post a Comment