Pagi – siang tadi, saya hadir di Bincang Edukasi di Bandung. Bertempat di Boemi
Nini, sebuah tempat yang walaupun kecil suasananya nyaman dan ngendonesia
sekali. Pengunjung kabarnya ada seratusan lebih, di luar
perkiraan panitia yang menduga akan dihadiri sekitar 70-an pengunjung.
Pengunjung duduk lesehan, sebagian di atas tikar di lapangan rumput. Asik. Di hari
ini ada empat orang yang diminta berbagi secara singkat tentang visi dan proses
menjalankan sesuatu dalam konteks pendidikan. Sebuah forum yang saya pribadi
melihat sangat dibutuhkan sebagai wadah saling berbagi dan saling belajar untuk
memperbaiki dunia pendidikan di Indonesia.
Sesaat sebelum giliran saya berbagi, saya baru menyadari
kecermatan teman-teman kurator (Deta Ratna Kristanti dan Ardanti
Andiarti) memilih para pembicara. Disadari atau tidak presentan (terlepas
dari apa yang dibicarakannya) mewakili wilayah pendidikan yang berbeda. Puti
bercerita tentang Rumah Mentari, bagaimana Puti dan teman-temannya menyentuh
anak-anak yang seakan tidak tersentuh pendidikan yang semestinya. Rumah Mentari
dikembangkan di daerah Dago Utara, bersama teman-teman volunteer – berbagi
cahaya dan semangat untuk anak-anak untuk bisa belajar banyak hal. Kandi dan Komunitas Sahabat Kota beranjak
dari keprihatinan atas kota Bandung yang tidak lagi ramah dan semakin berjarak
dari warga kotanya – khususnya anak-anak. KSK menggerakan sesama muda melakukan
hal positif menjadi fasilitator dan mendampingi anak-anak di Bandung untuk
mengenal kotanya lebih dekat. Anyi
dan Ibut datang dari sudut
pandang yang sangat berbeda – bergerak dari bagaimana musik menjadi komoditi
industri – bukan lagi sebagai media ekpresi dan mengapresiasi kehidupan –
terutama dalam proses pendidikan anak-anak. Save Our Music – musik kitapun
harus kita selamatkan. Sedangkan saya berbagi cerita bagaimana Rumah Belajar Semi Palar dibangun agar menjadi
wadah pendidikan anak-anak secara utuh (holistik) – supaya anak-anak bisa
berkembang dengan segala potensinya secara utuh – di dalam sebuah lembaga
pendidikan formal (sekolah).
Dari sudut lain, segala keprihatinan yang mendorong teman
presentan untuk melakukan apa yang dilakukannya sekarang di komunitas /
institusinya seperti menjadi gambaran bagaimana dunia pendidikan di Indonesia
memiliki masalah di berbagai sudutnya. Bahkan untuk anak-anak yang memiliki
kesempatan bersekolah. Dunia pendidikan memang kompleks luar biasa. Sepintas
tampak sederhana dan sangat terprediksi segala sesuatunya. Tapi dengan mudah
kita menemukan sudut-sudut yang bermasalah, tidak terperhatikan, atau perlu
dibenahi. Ibarat puncak gunung es yang bisa kita lihat / amati di atas
permukaan, sementara kita tidak tahu apa yang tersembunyi di kedalaman lautan.
Kita perlu mengatasinya bersama, bekerja sama mengolahnya dari berbagai arah.
Kenapa forum-forum seperti ini jadi kebutuhan besar bagi banyak dari kita,
semestinya karena memang pendidikan di Indonesia dalam banyak hal harus
diperbaiki.
Satu hal yang menjadi kesamaan adalah teman-teman semua
(termasuk Rumah Belajar Semi Palar) mengawali langkah dengan berpijak dari
sebentuk keprihatinan. Saya yakin teman-teman presentan (Puti, Kandi, Anyi
dkk.) ingin membagikan hal yang sama, apapun yang bisa kita lakukan, di manapun
adanya, bagaimanapun caranya, sebesar atau sekecil apapun, mendidik, membangun
orang lain adalah hal sangat bisa kita lakukan. Kalau kita punya secuil
keprihatinan, kita perlu berhenti mengomel atau berkeluh kesah dan melakukan
sesuatu yang nyata, melalui apa yang kita bisa.
Seperti kata Anyi, daripada kita berpikir mencari-cari apa yang
mendorong kita harus melakukannya, kita perlu berpikir sebaliknya, hal apa yang
membuat kita tidak berbuat sesuatu?
Saya pribadi berpikir, kalau pertemuan-pertemuan semacam ini
bisa menyalakan sepercik semangat dan keyakinan dalam diri teman-teman yang
hadir, memberikan seberkas inspirasi dan motivasi untuk mulai melakukan sesuatu
– melalui pendidikan, forum ini sudah memberikan hasilnya. Sebesar apa hal yang
dilakukan saya kira hal itu tidak penting. Kalaupun ada seorang yang
terinspirasi untuk mendampingi satu orang di luar dirinya (misalnya seorang
anak di lingkungan sekitar rumah tinggal kita) saya kira hal itu sudah luar
biasa. Kita bisa menjadi cahaya cahaya buat lingkungan sekitar kita. Memang di
akhir pertemuan saya dan beberapa teman sempat berbincang dan beberapa teman bercerita
tentang apa yang sudah dan ingin mereka lakukan. Senang sekali saya
mendengarnya.
Suatu kehormatan bisa berbagi di Bincang Edukasi. Sebuah forum terbuka untuk pendidikan Indonesia
yang diinisiasi Kreshna Aditya
dan teman-teman. Sungguh menyenangkan melihat bahwa semua yang hadir membawa
sesuatu ke pertemuan tadi. Ada satu energi yang mengikat semua yang hadir tadi.
Saya yakin apa yang mendorong semua yang hadir di forum tadi, mulai dari para
pengunjung, kurator, presentan, adalah semangat untuk pendidikan Indonesia. Bagaimanapun
caranya, sebesar apapun skalanya. Terima kasih buat semuanya.
No comments:
Post a Comment