Sunday, September 1, 2013

ngabandungan tema Pendidikan bersama kang Emil

Hari Minggu tanggal 1 September di Gedung Indonesia Menggugat, kang Emil (Ridwan Kamil - walikota terpilih kota Bandung) kembali menggelar even ngabandungan kali ini dengan tema Pendidikan - menyusul tema-tema lain yang mendahuluinya. Saya menyempatkan hadir - karena tidak seperti calon-calon walikota lainnya kang Emil setidaknya bagi saya pribadi membawa harapan besar bagi perubahan di kota Bandung, tentunya besar juga harapan bahwa reformasi akan terwujud di bidang Pendidikan. Dalam pembukaannya Kang Emil berkisah bahwa ia datang dari keluarga pendidikan. Pendidikan jugalah yang menjadikannya seperti manusia dan pemimpin di hari ini. Sayapun meyakini kang Emil memahami dan menghayati betul pentingnya mendapatkan pendidikan yang baik. 

Menjelang pukul 9 pagi, ruang utama sudah dipenuhi pengunjung. Guru, orangtua, dosen, praktisi pendidikan, aktifis komunitas, pemerhati juga anak-anak hadir di sana. Saya kira semua yang hadir membawa antusiasme yang sama bagi kang Emil dan tentunya berharap menyampaikan aspirasi mereka kepada kang Emil.


Terlalu panjang menguraikan apa saja yang disampaikan oleh rekan-rekan yang hadir. Sayapun menduga forum akan menjadi luapan aspirasi masyarakat pendidikan Bandung karena selama ini, pimpinan kota hampir tidak menaruh peduli pada dinamika yang terjadi di dunia pendidikan di Bandung. Memang situasinya seperti balon udara yang terus menerus dipompa dan mendadak dilepaskan sumbatannya. Jenuh, dan kemudian membeludak. Sayapun memutuskan untuk juga ikut ngabandungan (mendengar dengan segenap hati) dan berharap bisa membaca situasi dari apa yang muncul di forum ini. Hasilnya saya tuangkan dalam mind-map di bawah ini. (Mind-map ini mudah-mudahan bisa saya update dari waktu ke waktu)


Create your own mind maps at MindMeister

Secara umum, memang di tataran birokrasi pendidikan sendiri pengelolaan pendidikan Bandung memendam banyak masalah. Birokrasi sebagai struktur / tiang-tiang pendukung penyelenggaraan pendidikan, bahkan pondasinya pun tidak dibangun dengan kokoh. Tidak punya kekuatan, hampa, keropos, miskin integritas, akibatnya memang struktur ini tidak mampu mendukung penyelenggaraan pendidikan yang bermutu di kota Bandung. 

Memang tidak terlalu mudah dibaca dari mind-map di atas, tapi saya memperkirakan bahwa apa yang diungkapkan para hadirin 90-95% adalah masalah masalah yang berkaitan dengan manajemen pendidikan di Bandung. Baru sekitar 5-10% konten  bicara substansi pendidikan - seperti mengenai UN misalnya. Inilah realita pengelolaan pendidikan di kota Bandung. Seperti kang Emil sampaikan, ini harus dibangun ulang mulai dari pondasinya dan tentunya perlu waktu sebelum menampakkan hasilnya. Pondasi, kita semua tahu, tertanam di dalam tanah dan tidak terlihat, tapi merupakan bagian bangunan yang paling penting karena menentukan bangunan seperti apa yang bisa kita bangun di atasnya kelak.



Dari forum hari ini, kita (kang Emil) mencatat ada tambahan sekitar 120 poin masukan dari pertemuan singkat yang hanya 2 jam. Pekerjaan memang banyak - dan saya sependapat, ini bukan pekerjaan kang Emil seorang. Ini adalah persoalan warga kota sekaligus pekerjaan warga kota juga, apalagi kita bicara pendidikan. Saya bersepakat untuk satu frasa, apabila kita bukan bagian dari solusi, maka kita adalah bagian dari permasalahan (if you are not part of the solution, then you are part of the problem).

Apabila kita bisa membantu kang Emil memetakan permasalahan pendidikan di Bandung sekaligus juga memetakan potensi warga - di mana kita, individu maupun kelompok sudah melakukan inisiatif-inisiatifnya secara mandiri maka kita akan punya peluang besar mengatasi masalah ini. Pemetaan masalah dan potensi seperti yang dilakukan kang Emil - salah satunya melalui forum-forum seperti ini adalah pijakan awal untuk kolaborasi dan sinergi antara seluruh komponen warga kota. Semoga kita bisa. 

No comments: