Saturday, December 7, 2013

[berbagi gagasan] Kartu Pesepeda Bandung

Sejak awal, sudah terbaca jelas visi Pemkot Bandung di bawah pimpinan Ridwan Kamil untuk menjadikan kota Bandung ramah pesepeda. Sasaran-sasarannya saya kira sangat jelas dan logis, salah satunya untuk mengurangi kepadatan kendaraan bermotor pada saat yang sama mengurangi konsumsi BBM dan emisi CO2 yang hari demi hari bertumpuk dan meracuni kita sendiri warga kota Bandung.

Belajar dari kota-kota terbaik di dunia, seperti Melbourne, Copenhagen, Amsterdam, mereka punya budaya bersepeda dan pejalan kaki yang sangat tinggi. Ruang kota nyaman dan tertata baik, dan memang memanjakan warga pejalan kaki (pengguna angkutan umum) dan pesepeda dengan segala fasilitasnya.

Menuju ke sana memang tidak mudah, tapi layak diperjuangkan. Memotivasi berbagai lapisan masyarakat untuk bersepeda saya kira menjadi salah satu kuncinya. Saya sendiri yang sejak tahun 2006 berusaha memaksimalkan diri bersepeda untuk bepergian di Bandung mengalami kendala besar dalam hal keamanan bersepeda di jalan raya. Lambat laun memang kita akan terbiasa dan akan menemukan cara untuk mengatasi situasi lalu lintas yang sangat padat dan sangat menantang bagi para pesepeda. Bagaimanapun ini akan menjadi kendala terbesar bagi para pemula, dewasa, apalagi anak-anak.

Yang saya kira penting dilakukan sejalan dengan segala kampanye dan gerakan yang sudah digaungkan adalah bagaimana  membangun persepsi masyarakat bahwa Pemkot Bandung serius dengan gerakan ini dan mendukung mereka yang sudah dan ingin bersepeda di kota kita ini - yang notabene banyak sekali sumbangsihnya terhadap upaya menjadikan kota Bandung nyaman bagi segenap warganya.

Salah satu yang terpikirkan oleh saya adalah apakah mungkin PemKot Bandung menerbitkan sejenis kartu tanda pesepeda bagi setiap warga Bandung yang menggunakan sepeda. Kartu Tanda ini dikaitkan dengan semacam jaminan keamanan dalam bentuk 'asuransi' saat pesepeda tersebut mengalami kecelakaan di jalan raya. Pemkot dapat mengalokasikan sejumlah dana dan sebuah sistem di mana kalau terjadi kecelakaan di jalan raya, pesepeda dapat segera dibawa ke klinik / rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama. Pemegang kartu mendapatkan sticker yang dapat ditempelkan di sepeda / helmnya sebagai tanda bahwa ia adalah bagian dari program ini kemudian perlu segera ditolong. Selanjutnya Pemkot yang akan membayarkan sejumlah biaya untuk pengganti biaya pengobatan tersebut. Mekanismenya tentu perlu diolah lebih lanjut, tapi gagasan utamanya adalah seperti yang saya ungkapkan di atas tadi.

Saya kira hal ini akan menjadi gestur yang sangat jelas bagi warga Bandung dan akan membangun persepsi bahwa seluruh warga kota melalui pemkotnya mendukung penuh warga kota untuk bersepeda dan ikut menjaga dan keselamatan para pesepeda. Manfaatnya, sekali lagi akan kembali bagi kenyamanan warga Bandung secara keseluruhan. Bagi para pesepeda Bandung, tentunya hal ini akan menjadi penambah motivasi, mengingat sudah cukup banyak catatan peristiwa kecelakaan yang menimpa para pesepeda Bandung. Bagi yang berpikir akan mulai bersepeda hal ini tentunya akan menjadi dorongan besar. Bagi para orangtua, tentunya akan lebih legowo mendorong anak-anaknya pergi ke sekolah dengan bersepeda.

Demikian gagasan dan pemikiran ini saya sampaikan - sebagai masukan bagi kang Emil dan jajarannya. Selanjutnya semoga bisa diolah lebih lanjut dan apabila memang memungkinkan direalisasi, tentunya ini akan jadi berita yang sangat menggembirakan bagi kita semua warga Bandung. Terima kasih.

Salam Bandung Juara.

gagasan ini disampaikan kepada Pemkot Bandung melalui situs BandungJuara.com | kolom Aspirasi | 8 Desember 2013

1 comment:

gagakasep said...

Membudayakan bersepeda bagi masyarakat perkotaan memang sangat baik dan berdampak positif bila kita melihat dari berbagai aspek, di negara-negara maju budaya bersepeda bukan hanya sekedar trend tetapi menjadi gaya hidup. banyak para pelajar, mahasiswa dan para pekerja kantoran menggunakan sepeda saat mereka hendak beraktifitas.

Masalah muncul apabila budaya bersepeda ini kita terapkan di Bandung, karena jalan-jalan di Bandung tidak terlalu lebar,banyak tikungan dan persimpangan, belum lagi kondisi jalan yang tidak mulus menjadi kendala bagi kenyamanan bersepeda.

Masalah bukan hanya itu saja, para pengguna sepedapun harus berbagi ruas jalan yang sama dengan kendaraan bermotor lainnya, seperti angkot, bis dalam kota, mobil pribadi dll, meskipun jalan untuk pengguna sepeda telah disediakan jalur khusus, tetap saja jalur tersebut adalah bagian dari jalan raya yang digunakan para pengguna kendaraan bermotor lainnya, sehingga keamanan bersepeda tidak terjamin.

Masyarakat Indonesia pada umumnya kurang toleran terhadap pengguna sepeda dan pejalan kaki,dan pemerintahpun sepertinya kurang peduli, banyak sekali trotoar yang beralih fungsi menjadi tempat berjualan, jembatan penyebrangan menjadi tempat berkumpulnya para pengemis dan tidak disediakan jalur khusus di mall, perkantoran, sekolah dll untuk kaum difabel, dan benyak lagi berbagai permasalahan kota yang membuat penduduknya hidup di dalam ketidaknyamanan.

Tetapi ide untuk membudayakan bersepeda bagi masyarakat perkotaan khususnya Bandung patut kita hargai, semoga upaya ini mampu membuat masyarakat untuk lebih bertoleransi dan mau saling menghargai antar sesama pengguna jalan.