Pertanyaan itu dimunculkan kawan saya dr Gigi Endro di kliniknya sore tadi...
Jadi mikir sebetulnya kenapa saya suka motret, dari dulu, saya suka motret... bukan seperti hobbyist sejati, tapi saya memang suka jeprat jepret kiri kanan setiap ada kesempatan. Kalau keluar rumah, hampir pasti saya bawa kamera di tas. Bukan untuk secara spesifik hunting foto, tapi ya siap2 aja siapa tahu ada momen / spot bagus untuk direkam...
Skill motret saya biasa banget. Ga ada istimewanya. Ga pernah belajar motret secara khusus, kamera yang dipake juga basic saja, bukan kamera yang canggih. Saya juga ga pernah secara spesifik hunting foto, nyari lokasi atau nyari obyek... Saat kita hunting foto kita sebetulnya mencari objek, menunggu momen, cahaya, peristiwa apapun. Kalau saya sih engga... Sebetulnya tujuan saya bawa kamera hanya untuk mendorong saya lebih mengamati segala sesuatu yang ada di sekeliling saya. Dan Endro menyimpulkannya dengan pas : "supaya lebih aware sama sekeliling ya?". Wah betul banget. Hanya itu tujuannya.
'There are no ordinary moments', quote yang saya suka dari buku dan filemnya Dan Millman, Peaceful Warrior. Intinya dari keadaan yang serba biasa, bahkan serba kotor dan sederhana, pastinya ada hal-hal luar biasa di dalamnya. Tinggal bagaimana kita peka menangkap dan melihatnya... Lalu cara paling sederhana adalah dengan merekamnya dengan kamera... Saya pikir fotografi adalah cara bagus buat mendidik anak-anak membangun kepekaan diri mereka, membangun kesadaran tentang itu tadi : 'there are no ordinary moments'
Dari sudut pandang ini, kamera bisa jadi media luar biasa buat kita membangun spiritualitas kita... Lalu akhirnya, mau kamera murah atau mahal, poket atau DSLR, jadinya ga penting lagi... Fotografi adalah bagimana kita merekam momen... Setiap momen adalah istimewa adanya, dan sebagai anugerah Tuhan momen apapun itu tidak pernah akan terulang lagi...
1 comment:
trims komentar saya di apresiasi, saya jadi inget.....lupa namanya... pokoknya fotonya pernah menag putlizer yang menampilkan anak kaboja telanjang nagis disekeliling mayat yang bergelimpangan. si fotografer hnay pake kamera jadul, tapi bisa menghasilkan gambar yang berbicara. thanks Di, your inspire
Post a Comment