Wednesday, July 11, 2007

Dialog bersama KH Bambang Pranggono dan Romo Tri Harsono

Hari Rabu, 11 Juli 2007 bertempat di Aula Gereja Melania terselenggara sebuah acara yang langka. Kita yang hadir di tempat itu berkesempatan mendengarkan penuturan dari Kiai Haji Bambang Pranggono, dan Romo Tri Harsono. Kedua tokoh bercerita tentang kenapa seharusnya kita umat beragama bisa saling menghormati.

Mas Bambang sendiri sebagai seorang ulama, seorang muslim adalah seorang yang luar biasa. Beliau mengungkapkan diri sebagai orang yang beruntung, ditakdirkan dan diberi kemampuan untuk mencintai ajaran-ajaran Nabi Muhammad dan kitab sucinya Al Quran. Memang itu tampak jelas dari ungkapan-ungkapannya yang selalu merujuk pada Al Quran dan tergambar jelas dari ucapan dan sikap-sikapnya.

Yang paling menarik adalah bahwa sikap menghargai dan rasa hormatnya kepada agama-agama lain adalah gambaran bagaimana Mas Bambang menaati ajaran-ajaran Nabi Muhammad yang disampaikan melalui Al Quran.

Sepanjang waktu yang hampir 3 jam, mas Bambang dan romo Tri bercerita tentang bagaimana kita manusia sering lupa dan melupakan bahwa sebetulnya para nabi kita (termasuk Yesus dan juga Nabi Muhammad) menurunkan ajaran-ajaran yang sifatnya universal, dan berlaku untuk semua manusia. Bahkan agama Islam, Nasrani dan Yunani dalam sejarahnya sebetulnya berakar dari satu agama yang sama yang dulu disebut agama Samawi. Simbolisasi (Salib atau lambang Bulan Bintang, istilah-istilah yang digunakan oleh masing-masing agama bahkan belum ada semasa hidup Yesus dan Nabi Muhammad. Penting disadari bahwa agama-agama yang ada sekarang ini telah melalui lapisan-lapisan ajaran turun menurun, terjemahan, tafsir selama ribuan tahun. Di dalamnya sangat mungkin terbawa serpihan kelemahan manusia yang menyampaikannya sampai saat ini.

Romo Tri bahkan mengingatkan kita untuk berpikir kritis dan bertanya apakah betul ajaran Gereja sekarang adalah sama dengan ajaran Yesus. Apakah betul tidak ada penyimpangan-penyimpangan yang akhirnya terjadi selama ribuan tahun ajaran Yesus diturunkan dari generasi ke generasi lewat tangan dan pikiran manusia (yang pasti sangat banyak kekurangannya).

Mas Bambang bercerita banyak lewat tampilan di layar gambar-gambar lewat ayat-ayat Al Quran, gambar-gambar bangunan suci di Yerusalem, termasuk bagaimana sejarah kedua agama (Katolik dan Islam) bersinggungan di sana. Apa yang terjadi di sana, dan bagaimana kita bisa berusaha memahami kenapa di kota suci tersebut hidup 4 agama yang berdampingan. Bagaimana umat beragama sebetulnya bisa hidup damai dan menghargai, dan bagaimana konflik yang timbul di sana sebetulnya memang sifatnya politis.
Mas Bambang mengajak kita berrefleksi kenapa Tuhan menurunkan agama-agama besar dunia di tempat tersebut, dan bagaimana Al Quran berkisah juga tentang tokoh-tokoh agama Katolik di mata Nabi Muhammad, dan bagaimana mereka berinteraksi pada jamannya. Mas Bambang sendiri yang sudah menunaikan 18 kali ibadah haji dan lebih dari seratus kali ibadah umroh, ternyata juga sudah berkesempatan mampir dan ziarah di situs-situs suci umat Katolik. Beliau sudah enam kali mengikuti Jalan Salib, termasuk berkunjung di tempat kelahiran Yesus dan gua tempat Yesus dimakamkam, juga ke Basilika Santo Petrus. Seperti yang beliau ungkapkan, tempat-tempat tersebut punya aura spiritual yang kuat, sehingga walaupun tempat-tempat tersebut bukan tempat suci untuk agama yang beliau anut, semuanya ikut menggetarkan batin beliau karena aura spiritual yang pasti bisa dirasakan oleh siapapun yang meyakini keberadaan Tuhan yang Esa.

Buat saya ini wawasan baru yang luar biasa, dipandu oleh tokoh agama yang berpandangan sangat luas. Saya menaruh hormat dan penghargaan luar biasa buat Mas Bambang dan Romo Tri. Manusia-manusia yang iman-nya teguh adalah mereka yang tidak takut bersinggungan dengan saudara-saudaranya yang punya kepercayaan berbeda, tanpa takut iman dan ketaqwaannya sendiri tergoyahkan.

Pertemuan ini dipandu oleh Ipong Witono sebagai moderator.

1 comment:

Anonymous said...

iya, sebenarnya yang menjadi sumber konflik adalah karena kita tidak memahami hakikat kebenaran dari suatu persoalan. interpretasi yang hanya mengandalkan akal tentu sangat rentan dipengaruhi hawa hafsu. prasangka.

walau semua merasa bahwa kitabnya yang paling benar, dan Tuhannya yang paling haqq,itu tidak menjamin kita lebih baik dari yang lain.tidak menjamin bahwa kita sudah menghayati ajaran secara benar.

Tuhan hanya bisa didekati dengan hati yang telah tunduk dalam keta'atan pada Nya. ketika kita bisa tetap menyaksikan keindahan dari segenap fenomena yang Dia hadirkan, walaupun dalam kacamata 'duniawi' terlihat menyakitkan, jauh dari kenyamanan. tapi bagi seorang yang telah menghadapkan pandangannya pada Tuhan; menyaksikan Dia jauh lebih indah dari apapun yang ada dimuka bumi, walau harus detebus dengan kehancuran...

salaam,
-dvyatma-