Sunday, September 14, 2008

How to Save the Climate by Biking Culture


Salah satu jawaban dari Krisis Iklim Global (Global Climate Crisis) adalah bersepeda!
Itu kata abah Iwan. Wah kenapa saya ngefans berat sama abah salah satunya adalah karena beliau adalah salah satu pesepedah yang paling konsisten yang saya tau. Dan dia bukan bersepeda karena pengen gaya atau pengen beken, karena beliau cinta alam lingkungan, sadar betul dan berusaha berbuat sesuatu untuk lingkungan hidup.

Lagu-lagu gubahan beliau-pun bicara betul soal itu, dan yang hebat abah bukan hanya ngomong, beliau juga mempraktekkan apa yang diungkapkannya.

Saya hadir hari itu karena ingin ketemu sama komunitas Bike To Work. Dan jadi lebih spesial karena hari itu ada pemutaran filem Greenpeace. Komplit lah. Hasilnya saya, Lyn dan anak-anak berangkat ke BEC untuk mengikuti kampanye ini.

Hari ini cukup spesial buat saya. karena akhirnya saya bisa berkenalan sama teman-teman dari Greenpeace, komunitas Bike To Work dan majalah Greeners, selain juga ada Abah Iwan dan sidekicknya Abah: kang Erick. Saya punya secuplik gagasan dan impian untuk mengkampanyekan penggunaan sepeda di kota Bandung yang harapannya memang menarik lebih banyak pesepeda ke jalan2 di Bandung - dengan demikian mengurangi pengguna kendaraan bermotor lalu mengurangi konsumsi BBM dan emisi CO2 dan selanjutnya dan selanjutnya...

Untuk apa? untuk masa depan anak cucu kita yang lebih baik. Bandung di tahun kemarau tahun 2007 mengalami suhu tertinggi sepanjang sejarah : 34 derajat celcius. Luar biasa! Ini sih suhu kota Jakarta. Saya sering bercerita kepada anak-anak bahwa dulu waktu kecil tidak mungkin kita keluar rumah tanpa jacket dan celana panjang. Tidur tidak bisa tidak harus pakai selimut. Sore hari, kabut pasti menutup kota Bandung. Sekarang?

Saya spontan bingung saat ada orang yang bilang bahwa tidak ada itu yang namanya Pemanasan Global? HAH??? Bagaimana bisa?

Saat saya bisa keluar rumah dengan berjalan kaki atau bersepeda, saya merasa senang bahwa paling tidak saya memilih untuk tidak menyumbangkan emisi karbon untuk aktifitas saya hari itu. Soal kenyamanan? Itu jadi nomor dua. Buat saya masa depan anak-anak tentunya harus jadi nomor satu.

Matematikanya sederhana, kalau setiap orang di Bandung bisa memilih untuk tidak bekendaraan sekali saja dari 5 hari aktifitasnya, tingkat polusi / emisi karbon dari kendaraan bermotor bisa berkurang hingga 20%. Dampaknya pasti terasa. Untuk Bandung yang lebih sehat, manusiawi dan masa depan yang lebih cerah, kenapa tidak? Atau apakah kita sudah sedemikian egoistik dan tidak peduli?

No comments: