Thursday, June 28, 2007

Doger Coblak di CCL


Ayeuna nyobaan postingna make basa Sunda. Punten, nya upami basa Sundana rada teu pararuguh. Tapi sapertos biasa, di CCL sok nyunda wae tema acarana. Resep lah. Nu ieu ge sami. Bari tos tilu kali ieu, urang dipasihan bobodoran jadi we seuseurian

Nu sakali ieu, kesenian nu ditampilkeun namina Doger Coblak. Amun teu lepat, kaping 26 sasih Mei 2007. Lokasina di CCL di pengker terminal Ledeng. CCL (Celah-celah Langit) sakapeung osok oge disebutkeun Cultural Center Ledeng, pimpinan kang Iman Soleh. (atos ah nyunda-na, hehe... kararagok yeuh)

Foto di atas itu ikon visual yang akrab bagi yang sudah menyaksikan pementasan teater multimedia 'Air'. Saya kenal kang Iman sudah sejak lama, waktu di Trimatra Center sekitar tahun 2000 beliau membawakan sebuah monolog dalam musikalisasi puisi Sutardji Calzoum Bachri. Buat saya beliau tokoh yang asik. Kontribusinya luar biasa dalam peranannya menjaga dan menghidupkan kesenian Sunda. Salah satunya Doger Coblak ini.

Lagi di blog ini yang bisa ditampilkan hanya rekaman gambar dan suasananya. Momen-momen ini memang harus dinikmati 'live' untuk bisa diapresiasi. Seperti kedua anak saya (7 dan 10 tahun) yang masih ingat sampai hari ini adegan-adegan dan dialog yang menggelitik dari awal sampai akhir. Doger Coblak ini menarik karena ketiga pemeran menampilkan bobodoran, tarian, musik, berganti kostum (secara cepat) di depan penonton dan 'keriweuhan' ini menjadi kelucuan tersendiri buat para penonton. Dialog sepenuhnya dibawakan dalam bahasa Sunda.

CCL, seperti biasa menampilkan ini secara bersahaja, secara sederhana, secara jujur. Panggungnya terbuka, mis-bar, beratapkan langit. Penonton duduk di lantai. Tapi esensi kesenian rakyat yang diusung oleh CCL kuat terasakan, dan ini menjadi kekuatan tersendiri buat CCL. Kedua anak saya sangat suka suasana CCL dan sangat antusias saat kita bicara tentang CCL, kang Iman atau pertunjukkan di Ledeng.

Saya pribadi merasa sangat beruntung bisa bersentuhan dengan dunia ini. Setiap kali pergi dan pulang menyusuri lorong di belakang terminal Ledeng seakan masuk mesin waktu menuju ke dunia yang lain. Juga anak-anak yang sejak kecil bisa bersentuhan dan sudah bisa mengapresiasi ini. Kita berharap ini bisa jadi bagian dari sesuatu yang memperkaya mereka, apalagi hal-hal seperti ini semakin kita sulit temui saat kita menjadi
'katanya' modern. Buat CCL, kita pasti kembali. Mudah-mudahan blog ini juga bisa menginspirasi siapapun untuk ikutan mampir ke CCL.

No comments: